Alutsista TNI AU; Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara atau biasa disingkat TNI-AU adalah cabang angkatan perang yang menjadi salah satu bagian dari Tentara Nasional Indonesia, bertanggung jawab atas operasi pertahanan negara Republik Indonesia di bagian udara. Berikut yang telah dirangkum oleh Tim Support Priority Indonesia (Perusahaan Sepatu Kulit Militer POLRI Safety Tunggang) dibawah ini;
TNI-AU pada awalnya merupakan bagian dari TNI Angkatan Darat yang dulunya bernama Tentara Keamanan Rakyat atau biasa disebut TKR Jawatan Penerbangan. Pada tanggal 9 April 1946 TNI-AU mulai berdiri bersamaan dengan pembentukan Tentara Republik Indonesia atau disebut TRI Angkatan Udara, sesuai dengan penetapan pemerintah nomor 6/SD Tahun 1946.
KASAU atau kepanjangan dari Kepala Staf Angkatan Udara adalah pimpinan tertinggi di Markas Besar Angkatan Udara atau disingkat MABESAU. Untuk saat ini, seorang KASAU dijabat oleh Marsekal TNI Fadjar Prasetyo—seorang yang mendapatkan predikat zero accident yang baru saja dilantik secara langsung oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada tahun 2020 menggantikan tugas yang sebelumnya diemban oleh Marsekal Yuyu Sutisna.
Kekuatan TNI-AU saat ini memiliki tiga komando operasi yaitu Komando Operasi Angkatan Udara I (Korps AU I) bermarkas di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Komando Operasi Angkatan Udara II (Korps AU II) bermarkas di Makassar. Terakhir, Komando Operasi Angkatan Udara III (Koops AU III) bermarkas di Biak. Di sisi lain terdapat Komando Pemeliharaan Materiil Angkatan Udara atau biasa disebut Koharmatau. TNI-AU juga memiliki satuan khusus yang disebut dengan Korps Pasukan Khas TNI-AU dan pasukan ini sangat terkenal dengan sebutan Korps Baret Jingga.
Saat ini TNI-AU memiliki 37.850 personel dan dilengkapi dengan 110 pesawat tempur. Pesawat tempur termasuk lima Su-27 dan sebelas Su-30 sebagai pesawat tempur utama yang berasal dari Rusia. Adanya tambahan 33 F-16 Fighting Falcons berasal dari Amerika Serikat, Hawk 200, KAI T-50 dan Embraer EMB314. Sebelum itu juga TNI-AU sudah memiliki rencana untuk membeli 11 Sukhoi Su-35 dan sekitar 50 KF-X sebagai pengganti dari F-5E Tiger—pesawat yang sudah tua ini memiliki daya tempur ringan dalam alat utama sistemnya persenjataan. Tetapi, walaupun demikian kontrak pengiriman untuk Su-35 dan KF-X belum ditandatangani dan tidak adanya pengiriman kedua pesawat di Indonesia.
Pada awalnya TNI-AU dibentuk pertama kali pada Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada tanggal 22 Agustus 2945 yang merupakan salah satu dari keputusan yang dihasilkan oleh PPKI. Pada waktu itu tugasnya adalah menjaga terjaminnya keamanan dan ketertiban umum. Guna memperkuat Armada Udara yang saat itu berkurang pesawat terbang dan fasilitas lainnya, maka pada tanggal 5 Oktober 1945 berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) jawatan penerbangan di bawah perintah Komondor Udara Soerjadi Soerjadarma—seorang kelahiran Banyuwangi yang dulunya pernah ditugaskan untuk membentuk AURI oleh Presiden Soekarno.
Pada tanggal 23 Januari 1946 TKR ditingkatkan lagi menjadi TRI, sebagai kelanjutan dari perkembangan tunas Angkatan Udara. Tanggal 9 April 1946, TRI Jawatan Penerbangan dihapuskan dan diganti nama menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia yang akhirnya menjadi hari lahirnya TNI-AU dan terus diperingati. Di waktu yang sama pula tanggal tersebut menjadi hari peresmian dengan berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Pada masa Agresi Militer Belanda II yang bertepatan pada tanggal 29 Juli 1947 terdapat tiga kadet dari penerbangan TNI-AU yang berhasil melakukan pengeboman terhadap kubu-kubu pertahanan Belanda di tiga tempat sekaligus (Semarang, Salatiga dan Ambarawa) waktu itu tiga kandet tersebut menggunakan dua pesawat Cureng dan satu Guntei. Modal pertama dari TNI-AU yaitu menggunakan pesawat hasil rampasan dari tentara Jepang seperti jenis Cureng, Nishikoren serta Hayabusha. Dari sinilah, cikal bakal berdirinya TNI-AU setelah keputusan konferensi Meja Bundar tahun 1949. TNI-AU mendapatkan beberapa aset Angkatan Udara Belanda meliputi pesawat terbang, hangar, depo pemeliharaan, serta depot logistic lainnya.
Pada tahun 1960, TNI-AU mengalami popularitas nasional tinggi saat dipimpin oleh KASAU Kedua Marsekal Madya TNI Omar Dhani. Beberapa pesawat buatan Soviet mulai berdatangan, tidak hanya dari Soviet, Cekoslovakia, Tiongkok dan dari Indonesia sendiri mulai berdatangan. Walaupun begitu pesawat-pesawat itu tidak pernah mencapai status operasional dan waktu operasi secara bersamaan digunakan dengan sisa pesawat Amerika. Selama periode inilah Angkatan Udara di Indonesia menjadi Angkatan Udara pertama di Asia Tenggara dan memperoleh kemampuan pengeboman yang strategis.
Saat Ini ada beberapa senjata canggih yang dipergunakan oleh Kopassus Tni, antaranya: HK416—salah satu senapan serbu andalan pasukan elite kelas dunia, memiliki kaliber 5,56 mm dengan kecepatan tembak 700-900 peluru per menit dengan sistem semi otomatis dan otomatis, selain itu HK416 memiliki jarak tembak efektif dengan kejauhan 300 meter.
Colt M4 Carbine—senapan ini menggantikan M-16 yang pernah digunakan oleh tentara AS, memiliki kaliber 5,56 x 45 mm sesuai standar NATO. Selain itu senjata ini menggunakan system gas dan juga dilengkapi dengan peredam suara. Senapan ini sangat ideal untuk pertempuran kota atau pertempuran jarak dekat.
Rantis P-6 ATAV—senjata ini memiliki panjang 4,6 meter, lebar 2,3 meter dan tinggi 1,5 meter. Penampakannya menggunakan rangka tubular dan body terbuka tanpa pintu dari kaca pelindung, sedangkan material penyusunnya terbuat dari baja kelas tinggi dan dual aluminium. Kekuatannya 142 HP pada 3400 RPM dengan kemampuan berjalan 500 kilometer dan mencapai kecepatan 120 kilometer per jam.
SIG MCX—senapan mesin ringan yang masih tergolong senapan baru di kalangan pasukan elite dunia. Senjata ini tercipta untuk menggantikan MP5 yang melegenda sebagai sub machine gun kelas dunia. Senjata ini memiliki jarak efektif 100 meter dan cocok untuk misi pembebasan sandera, anti terror ataupun pertempuran jarak dekat.
Urutan Pangkat TNI-AU dari yang tertinggi adalah Perwira dengan lambang empat bintang dan mendapatkan gelar Jendral hingga pangkat terendah Tamtama dengan lambang satu balok merah dan mendapatkan gelar prajurit dua. Diantara kedua pangkat tertinggi hingga terendah tersebut terdapat beberapa pangkat lainnya yang berada di tengah pangkat tersebut, antaranya:
Perwira Tinggi memiliki empat tingkatan antaranya: Jenderal, Letnan Jenderal, Mayor Jenderal dan Brigadir Jenderal. Pada pangkat tersebut mendapatkan lambang bintang berwarna emas dengan tingkat tertinggi mendapatkan empat lambang tersebut.
Perwira Menengah memiliki tiga tingkatan, antaranya: Kolonel, Letnan Kolonel dan Mayor. Pada pangkat tersebut mendapatkan lambang bunga melati berwarna emas dan pada tingkat ini Kolonel menjadi pangkat tertinggi sehingga mendapatkan lambang tiga bunga melati berwarna emas.
Perwira Pertama memiliki tiga tingkatan, antaranya: Kapten, Letnan Satu dan Letnan Dua. Pada pangkat tersebut mendapatkan lambang balok berdiri berwarna emas dengan tingkat tertinggi mendapatkan tiga balok berdiri berwarna emas.
Bintara Tinggi terbagi menjadi dua tingkatan yaitu Pembantu Letnan Satu—mendapatkan dua lambang seperti huruf W terbalik berwarna emas dan Pembantu Letnan Dua—mendapatkan satu lambang seperti huruf W terbalik berwarna emas. Selain Bintara pangkat tertinggi, Bintara sendiri memiliki empat tingkatan lainnya, seperti: Sersan Mayor, Sersan Kepala, Sersan Satu dan Sersan Dua. Pangkat tertinggi dari seorang Bintara adalah Sersan Mayor yang mendapatkan empat lambang menyerupai huruf V berwarna emas.
Tamtama Tinggi terdiri dari tiga tingkatan, antaranya: Kopral Kepala, Kopral Satu dan Kopral Dua. Pada Kopral Kepala yang merupakan tingkat tertinggi akan mendapatkan tiga lambang menyerupai huruf V berwarna merah. Selain itu Tamtama memiliki tiga tingkatan sendiri, antaranya: Prajurit Kepala, Prajurit Satu dan Prajurit Dua. Tingkat tinggi seorang Tamtama adalah Prajurit Kepala yang mendapatkan tiga lambang balok berwarna merah.
Jadi kesimpulannya, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU) merupakan salah satu dari banyak cabang TNI yang berkewajiban melakukan operasi pertahanan di bagian udara. Hal itu dilakukan juga meringankan bagian TNI pusat dan menambah kekuatan tempur dengan cara pengeboman pada jaman penjajahan dahulu. Kini tidak sedikit pula pemuda pemudi yang ingin masuk menjadi salah satu bagian TNI-AU untuk menyerahkan hidupnya demi negara.
(Source: Tagar.id, Law-justice.co, Made-blog.com)