Atasi Ragu Divaksin Covid19; Akhir-akhir ini vaksin menjadi bahan diskusi dan debat yang cukup hangat. Hal ini wajar, sebab hingga saat ini masyarakat dunia, sedang mendambakan hadirnya vaksin ampuh untuk memerangi infeksi virus corona. Hingga Desember 2020, terdapat lebih dari 200 kandidat vaksin untuk COVID-19 yang sedang dikembangkan. Dari jumlah tersebut, setidaknya 52 calon vaksin sedang dalam uji coba pada manusia.
Ada beberapa lainnya saat ini dalam fase I / II, yang akan memasuki fase III dalam beberapa bulan mendatang. Pemerintah Indonesia sendiri telah menjalankan program vaksinasi Covid-19 kepada masyarakat. Walau vaksin Sinovac yang digunakan sedang dalam uji klinis fase III. Tapi jangan khawatir. Pemerintah sudah menimbang dan meneliti dengan cermat mengenai keamanannya, juga kehalalannya. Malah dokter Tirta pun sudah mengatakan, jika vaksin yang diterimanya adalah vaksin mati. Jadi untuk apa takut dan risau. Sementara itu di masyarakat masih berkembang isu mengenai vaksin dengan segala polemik dan berita miringnya. Nah, supaya tidak galau saat kebagian giliran mendapat vaksin Covid-19 program pemerintah, Berikut yang telah dirangkum oleh Tim Support Priority Indonesia (Perusahaan Sepatu Kulit Militer POLRI Safety Tunggang) dibawah ini;
Jenis Vaksin
Ketahuilah, vaksin dibuat dengan banyak pertimbangan, seperti;
* Bagaimana sistem kekebalan seseorang merespons kuman.
* Siapa yang perlu divaksinasi kuman.
* Teknologi atau pendekatan terbaik untuk membuat vaksin
Nah, dari faktor ini ilmuwan memutuskan jenis vaksin yang akan mereka buat. Untuk diketahui bersama, pada intinya di dunia ini ada 4 jenis utama vaksin:
* Vaksin hidup-dilemahkan
Vaksin hidup yang dimaksud di sini adalah, menggunakan bentuk kuman yang dilemahkan yang menyebabkan penyakit. Oleh karena vaksin ini sangat mirip dengan infeksi alami yang mereka bantu cegah, vaksin ini menciptakan respons kekebalan yang kuat dan tahan lama, bahkan seumur hidup. Tapi ingat, vaksin hidup juga memiliki beberapa keterbatasan. Karena mengandung sejumlah kecil virus hidup yang dilemahkan, beberapa orang tidak bisa menerima vaksin ini.
Seperti; orang dengan sistem kekebalan yang lemah, masalah kesehatan jangka panjang, atau orang yang pernah menjalani transplantasi organ. Penyimpanannya pun rumit, harus disimpan jauh di bwah titik beku lemari atau freezer biasa. Contoh jenis vaksin ini, adalah vaksin untuk melindungi seseorang dari;
– Campak, gondongan, rubella (vaksin gabungan MMR)
– Rotavirus
– Smallpox
– Cacar air
– Demam kuning
* Vaksin yang tidak aktif
Vaksin yang tidak aktif menggunakan versi dan atau kuman yang dimatikan yang menyebabkan penyakit. Vaksin yang tidak aktif biasanya tidak memberikan kekebalan (perlindungan) yang sekuat vaksin hidup. Karenanya untuk vaksinasi jenis ini, seseorang memerlukan beberapa dosis dari waktu ke waktu (suntikan penguat), untuk mendapatkan kekebalan berkelanjutan terhadap penyakit. Contoh vaksin ini adalah pada vaksin untuk melindungi seseorang dari;
– Hepatitis A
– Flu, termasuk Covid-19
– Polio
– Rabies.
* Vaksin subunit, rekombinan, polisakarida, dan konjugasi
Vaksin subunit, rekombinan, polisakarida, dan konjugasi menggunakan potongan kuman tertentu – seperti protein, gula, atau kapsidnya (selubung di sekitar kuman). Karena vaksin ini hanya menggunakan potongan kuman tertentu, mereka memberikan respons kekebalan yang sangat kuat, yang ditargetkan ke bagian-bagian penting kuman. Mereka juga dapat digunakan pada hampir semua orang yang membutuhkannya, termasuk orang dengan sistem kekebalan yang lemah dan masalah kesehatan jangka panjang. Salah kekurangan vaksin ini, tidak bisa hanya mendapatkan sekali suntik untuk mendapatkan kekebalan yang diharapkan. Contoh vaksin ini adalah pada vaksin untuk melindungi seseorang dari;
– Penyakit Hib (Haemophilus influenzae tipe b)
– Hepatitis B
– HPV (Human papillomavirus)
– Batuk rejan (bagian dari vaksin gabungan DTaP)
– Penyakit pneumokokus
– Penyakit meningokokus
– Herpes zoster.
* Vaksin Toxoid
Vaksin Toxoid menggunakan toksin (produk berbahaya) yang dibuat oleh kuman penyebab penyakit. Mereka menciptakan kekebalan pada bagian kuman penyebab penyakit, bukan kuman itu sendiri. Artinya, respons imun ditargetkan ke toksin, bukan seluruh kuman. Seperti beberapa jenis vaksin lainnya, untuk vaksinasi ini butuh suntikan penguat untuk mendapatkan perlindungan berkelanjutan terhadap penyakit. Contoh vaksin ini adalah pada vaksin untuk melindungi seseorang dari;
– Difteri
– Tetanus.
Kunci Sukses Program Vaksinasi Covid-19 Pemerintah, Penerima Vaksin Harus Happy dan Cukup Istirahat
Kunci sukses vaksin Covid-19 adalah penerima vaksin tidak boleh stres. “Stres emosional seperti ini dapat memengaruhi sistem kekebalan seseorang, mengganggu kemampuan vaksin untuk menangkal infeksi,” kata Annelise Madison, seorang peneliti di The Ohio State University, zseperti dilansir dari Times of India. Medison pun menyebutkan, “Studi baru kami menyoroti kemanjuran vaksin dan bagaimana perilaku kesehatan dan stres emosional dapat mengubah kemampuan tubuh untuk mengembangkan respons kekebalan.”
“Masalahnya adalah bahwa pandemi itu sendiri dapat memperkuat faktor risiko ini,” lanjutnya. Dilain pihak, dalam penelitian lain disebutkan, dari hasil penelitian selama 10 tahun, menunjukkan bahwa depresi, stres, kesepian, dan perilaku kesehatan yang buruk dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan efektivitas vaksin tertentu. Kembali ke stres dan pengaruhnya terhadap vaksin Covid-19, Janice Kiecolt-Glaser, PhD, ilmuan dari The Ohio State University Wexner Medical Center, dalam tulisan ilmiahnya di wexnermedical.osu.edu (15 Januari 2021), dengan judul ‘How can stress affect COVID-19 vaccine immune response?’ disebutkan;
“Ketika kami meninjau 49 studi vaksin pada manusia sejak 30 tahun yang lalu. Telah menunjukkan bagaimana stres merusak kesehatan fisik dalam berbagai cara, terutama dengan menghambat respons kekebalan manusia,” paparnya. Jadi menurut Glaser, yang juga seorang direktur Institut Penelitian Pengobatan Perilaku Universitas Negeri Ohio dan profesor psikiatri dan psikologi di Fakultas Kedokteran Negeri Ohio, stres, depresi, dan perilaku kesehatan yang buruk dapat berdampak negatif pada respons kekebalan tubuh terhadap vaksinasi. Untuk diketahui, respon imun yang terganggu akibat stres terbagi dalam tiga kategori:
* Gangguan perkembangan antibodi terhadap patogen
* Erosi yang lebih cepat dari perlindungan antibodi yang berkembang
* Intensifikasi efek samping vaksinasi
“Studi dalam tinjauan kami menyelidiki efek faktor psikologis dan perilaku pada tanggapan kekebalan terhadap berbagai jenis vaksin, seperti influenza, hepatitis B, tifus dan pneumonia,’ jelasnya. Meskipun demikian, menurut Glaser, karena banyak hasil penelitiannya konsisten di seluruh tanggapan terhadap berbagai vaksin, “Jadi kami menganggapnya mungkin relevan dengan vaksin SARS-CoV-2 untuk COVID-19.”
Menurut Glaser, tidak perlu mencari jauh-jauh untuk menemukan studi untuk mendukung teori ini. Beberapa penelitian dia sebelumnya yang dilakukan di Pusat Medis Wexner Universitas Negeri Ohio menggambarkan berbagai efek dari berbagai jenis stres pada respons manusia terhadap vaksinasi. Misalnya, sebuah penelitian tentang tanggapan kekebalan mahasiswa kedokteran terhadap vaksin hepatitis B yang sangat efektif menemukan bahwa semua siswa pada akhirnya mengembangkan antibodi. Tetapi siswa yang lebih stres atau cemas tentang ujian yang bertepatan dengan suntikan membutuhkan waktu lebih lama untuk mengembangkan antibodi pelindung.
Penelitian laboratorium saya sebelumnya juga menunjukkan bahwa orang dewasa yang lebih tua — yang dianggap berisiko lebih tinggi mengalami gejala COVID-19 yang parah — terkadang tidak merespons vaksin flu dengan baik. Dalam sebuah penelitian, hanya 20% orang dewasa yang stres yang berusia 71 atau lebih mengembangkan antibodi setelah suntikan flu. “Studi tambahan di lab saya menunjukkan bahwa orang yang mengalami depresi mengalami efek samping kelesuan, malaise, dan iritabilitas pasca vaksinasi untuk jangka waktu yang lebih lama daripada orang yang tidak mengalami depresi,” jelas Glaser.
Jadi dari sini kita sudah bisa mengambil kesimpulan, saat gilaran mendapat vaksin Covid-19, 24 jam sebelumnya kita harus tidur cukup, rutin olahraga, selalu gembira. Itu terus dikondisikan hingga satu minggu ke depan usai vaksinasi, terus hingga vaksin ke dua, dan satu minggu setelahnya.
(Source: health.grid.id)