Cerita di Balik Sikap Ramah Satpam Bank

cerita-di-balik-sikap-ramah-satpam-bank

Cerita di Balik Sikap Ramah Satpam Bank; Kaget bukan kepalang. Seperti mimpi di siang bolong. Shandi Shalahudin bisa bertemu Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran. Bukan cuma disapa, Shandi yang berprofesi sebagai Satpam Bank DKI itu juga dipuji dan dibanggakan orang nomor satu di Polda Metro Jaya.


Shandi sama sekali tak menyangka hari itu. Selesai salat, dia hanya dikabari akan ada sidak dari Irjen Fadil ke Bank DKI cabang Samsat Polda Metro Jaya. Tak ada harapan apa-apa. Dia hanya berjaga seperti biasanya, Namun sebelum meninggalkan lokasi, Irjen Fadil tiba-tiba menegurnya. “Saya mau belajar bagaimana caranya bisa melayani dengan baik,” kata Fadil sambil memuji Shandi.


Kapolda merasa bangga dengan Shandi. Pakaiannya rapih, ikat pinggangnya bersih. Rambutnya pun tampak tertata bagus.
Fadil mengakui, tak ada salahnya polisi belajar dari keramahan Satpam dalam melayani nasabah yang datang ke bank. Shandi pun menjawab siap dengan tegas dan keras. Jawaban tersebut membuat Irjen Fadil meledek Shandi. “Jangan galak-galak gitulah, takut nanti saya,” ledek Irjen Fadil.


Shandi pemuda asli Jakarta. Sudah empat tahun mengabdi menjadi satpam di Bank DKI. Dia pun sempat mengukir asa menjadi PNS di Polri maupun TNI. Namun kandas. Dia bangga sekali dengan pujian Irjen Fadil. Apalagi, video tersebut viral di media sosial. Keluarga hingga tetangga ikut senang melihat momen tersebut. “Itu ada rasa bangga di dalam diri saya sendiri, karena bisa ketemu sama Jenderal Fadil,” kata Shandi.


Tak segan, Shandi pun berbagi cerita tentang pendidikan yang diembannya sebagai satpam. Dari pelatihan tersebutlah, satpam bank dikenal ramah dan sangat sopan. Prinsip penuntut satuan jadi pegangan. Ada lima poin yang wajib dipegang bagi seluruh satpam. Misalnya soal displin, jujur dan bertanggung jawab.


Menjaga kehormatan satuan, selalu bersikap waspada dan menjaga ketertiban. Kemudian, tidak menganggap remeh masalah kecil apapun yang terjadi di lingkungan. “Jadi satpam juga punya prinsip dasar. Kalau di polisi kan Tri Brata, kalau di TNI Sapta Marga. Kalau kita juga punya,” jelas Shandi.


Sudah menjadi kewajiban seorang satpam untuk menjadi pelayan sekaligus pengaman. Misalnya di Bank, bersikap ramah terhadap nasabah. Begitu juga di tempat lain, melakukan pengamanan. Sebut saja di pabrik atau di perkantoran.
Shandi bercerita, di dalam pelatihan, para mentornya juga bukan orang sembarangan. Mereka merupakan para mantan polisi yang sudah pensiun. Banyak ilmu yang didapat selama melakukan pelatihan menjadi satpam.


“Kaya latihan senam lalu lintas, latihan bela diri Polri, senam borgol, senam tongkat. Itu kita pelajari juga di sana. Bahkan sampai olah TKP, kalau kita sebutnya PPTKP gitu,” cerita Shandi.


Shandi mengemban pendidikan dan pelatihan satpam selama satu bulan penuh. Dalam periode itu, dia dilarang sama sekali memegang telepon genggam. Saat itu, pelatihan dilakukan di kawasan Sukabumi, Jawa Barat.


Seperti layaknya pelatihan militer, sebelum subuh, seluruh calon satpam sudah dipaksa bangun. Olahraga naik turun bukit. Ilmu bela diri juga masuk materi. Bahkan, dalam pelatihan tersebut, Shandi sempat diajarkan menembak. Mentornya berasal dari anggota Brimob. “Waktu itu saya diajarin nembak juga,” kata dia.


Tidak cuma ilmu dasar pengamanan dan latihan fisik, calon Satpam juga diberikan ilmu psikologi. Tujuannya, agar para satpam bisa memahami kondisi orang sekitar. “Terus cara memperlakukan orang yang kita ajak ngomong itu juga kita diajarin,” kata Shandi.
Hingga Pukul 21.30 WIB, para calon satpam selesai pelatihan. Tapi, tak sampai di situ, jika kebagian piket malam, maka mereka terpaksa harus jaga malam.


Hampir setiap malam bahkan, ada pelatih yang iseng tiba-tiba membangunkan para calon satpam. Seluruh anggota harus dalam posisi siap. Meskipun baru bangun dari tidur dan belum berpakaian. “Tengah malam itu biasanya pas anak-anak sudah tidur, sekitar jam 02.00 WIB gitu,” kenang dia.


Pelatihan Satpam tersebut dilakukan dari berbagai perusahaan. Sementara Shandi mewakili anak perusahaan Bank DKI yang mengikuti pelatihan Satpam. Jumlahnya puluhan sekali melakukan pelatihan untuk satpam.


Shandi awalnya hanya iseng ingin coba ikut pelatihan satpam. Dia sendiri kala itu sudah punya pekerjaan. Namun, kontraknya diputus karena tak ada kabar. Sebab, HPnya disita selama pelatihan.


Sementara untuk pelatihan dari Bank DKI, Shandi menilai, tidak ada yang khusus. Hanya setiap enam bulan dilakukan evaluasi. Ujiannya pun dilakukan melalui online. “Sekarang selama pandemi itu testnya secara online, jadi melalui aplikasi, kita test online, pengetahuan produk kita gimana, terus cara penampilan kita gimana. Terus juga itu ada standarnya kita. Jadi setiap enam bulan sekali ada pertemuan offline maupun online gitu selama pandemi ini,” kata Shandi.


Tidak ada pelatihan khusus cara menyambut nasabah yang datang ke Bank DKI. Menurut dia, basic pelayanan tersebut sudah diajarkan dalam pelatihan satpam. Shandi bercerita, pendidikan satpam bank justru lebih ke pelayanan teknis. Misalnya, ada nasabah yang lupa nomor pin. Hal tersebut yang diajarkan oleh pihak Bank DKI.


“Di situ satpam berperan juga bagaimana satu menyambut nasabahnya, terus ngasih solusi ke nasabahnya. Kalau masih bisa dihandle sama satpam gitu. Tapi kalau emang udah enggak bisa, ya salah satunya kan ada yang pakai sistem ya, salah pin kan by sistem, itu harus ke CS. Jadi kita layanin, ibu ini harus ke customer service, ini saya kasih nomor antrean, ibu silahkan tunggu dulu ya,” kata Shandi.
Pelatihan yang diterima satpam bank, kata dia, lebih kepada produk bank untuk membantu nasabah yang memiliki kendala.
Saat bertemu Irjen Fadil di Bank DKI, Shandi mengaku tegang. Bahkan sampai lupa bertanya. Dia ingin sekali masuk polisi lewat jalur pendidikan. Sebab, dia kini telah mengantongi ijazah S1.


“Karena cita-cita saya juga ingin mengabdikan diri saya untuk masyarakat luas lebih luas lagi,” cerita Shandi.
Sejak dulu, Shandi bermimpin ingin menjadi polisi. Tapi apa daya, rezeki belum terbuka. Kini, setelah mengantongi ijazah S1 dan dibanggakan Kapolda Metro, mimpi tersebut datang lagi.


Harapannya cuma satu, ingin mengabdi kepada bangsa dan negara. “Pengennya ke depannya ilmu saya bermanfaat lah buat masyarakat lebih luas gitu,” kata pria lulusan Manajamen Ekonomi di salah satu kampus di Jakarta itu.
Rasa bangga juga disampaikan oleh keluarganya. Kala itu, orangtuanya kaget anaknya viral di media sosial. Apalagi, bisa bertemu dan dipuji oleh seorang jenderal polisi bintang dua.


“Saya seorang Satpam bisa ngobrol, dapat apresiasi langsung dari Kapolda, itu jadi kebanggaan. Jadi keluarga senang juga, meskipun seorang satpam, tapi dapat apresiasi yang sangat bagus dari seorang Jenderal bintang dua,” tambah Shandi.

(Source: merdeka.com)

Leave a Reply