Dipecat Pasukan Elite, Algojo Belanda Paling Kejam Banting Setir Jadi Tukang Sayur

Dipecat Pasukan Elite, Algojo Belanda Paling Kejam Banting Setir Jadi Tukang Sayur

Dipecat Pasukan Elite, Algojo Belanda Paling Kejam Banting Setir Jadi Tukang Sayur; Bermodalkan dua truk militer bekas, De Turcos (Si Turki) merambah dunia bisnis sayuran. Padahal sebelumnya dia adalah algojo paling ditakuti. Usai menghabiskan petualangan berdarahnya di Sulawesi Selatan, Kapten R.P.P. Westerling dan pasukan baret hijaunya dipanggil pulang ke Jakarta oleh Letnan Jenderal S.H. Spoor (Panglima KNIL).

Alih-alih memberikan sanksi, Spoor malah membela tindakan Si Turki (julukan media Belanda untuk Westerling). Ketika kasus Sulawesi Selatan mulai bocor ke media internasional, pada 17 Maret 1947, Spoor menyurati Gubernur Letnan Jenderal H.J. van Mook.

Dia berkilah kendati tindakan Westerling ‘tak bisa ditoleransi’ namun banyak juga masyarakat Sulawesi Selatan yang berterimakasih atas ‘tindakan tegasnya’.

“(Mereka) memberi pujian atas tindakan militer yang dilakukan oleh pasukan komando,” ungkap Spoor seperti dikutip sejarawan J.A. de Moor dalam Westerlings Oorlog.

Westerling Dipecat!
Westerling kemudian berkelana di Jawa Barat setelah kejadian itu. Dia dilaporkan memimpin beberapa aksi pembersihan sadis di Cililin, Gunung Halu, Cibarusa dan Ciamis.

Di perbatasan Ciamis dan Tasikmalaya pada 13 dan 16 April 1948, tanpa alasan yang jelas, anak buah Westerling menghabisi sekitar sepuluh penduduk sipil dan membiarkan mayat mereka tergeletak begitu saja di tengah jalan.

Keganasan Korps Pasukan Khusus (KST) itu, bahkan menyebabkan Mayor R.F. Schill, komandan Batalyon 1-11-RI muak. Menurut sejarawan Batara Hutagalung, Schill lantas mengadukan soal itu kepada atasannya, Kolonel M.H.P.J. Paulissen.

Tak jelas bagaimana hasil dari pengaduan tersebut. Yang terang pada November 1948, secara resmi Kapten Westerling diberhentikan dari jabatannya selaku komandan KST dan digantikan Letnan Kolonel W.C.A. van Beek.

Cerita Awal Westerling jadi Tukang Sayur
Lepas dari pasukan khusus, Westerling lantas menghubungi Chia Piet Kay, kawan sepetualangannya saat di Medan. Mereka lantas berkongsi menjalankan bisnis sayuran di Pacet, kawasan yang kini masuk dalam wilayah Cipanas, Cianjur.

Dengan modal awal dua truk militer bekas, Westerling mendistribusikan hasil-hasil pertanian dan perkebunan setempat ke kota-kota besar lewat Pelabuhan Tanjung Priok.

Boleh dikatakan bisnis itu berjalan sukses dan nyaris tanpa hambatan. Reputasi Westerling sebagai eks komandan KST ternyata berpengaruh besar di berbagai kalangan, terutama pejabat-pejabat Belanda.

Bahkan di kalangan para kriminal pun, nama Westerling sangat ditakuti. Itu terbukti dengan ‘melenggang-kangkungnya’ truk-truk sayur milik Westerling di sepanjang rute Puncak yang saat itu rawan perampokan.

“Di sepanjang jalur yang rawan, sopir-sopir hanya cukup meneriakan kata ‘Westerling auto!,’ maka perjalanan mereka akan berlangsung aman tanpa gangguan,” ungkap Westerling dalam otobiografinya, Mijn Memoires.

Westerling jadi Raja Kecil
Adalah wajar jika bisnis distribusi sayur mayur itu menangguk untung besar. Laba yang diraih perbulan bahkan bisa mencapai angka ƒ 600.000 yang zaman tersebut setara dengan USD160.000. Lewat keuntungan sebesar itu, cukuplah bagi Westerling untuk menjadi seorang ‘raja kecil’.

Sayangnya, Westerling ternyata tak benar-benar melupakan dunia petualangannya sebagai seorang serdadu. Intelijen Belanda melaporkan Si Turki diam-diam kembali menghimpun sebuah gerakan makar melawan pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan mendirikan Ratu Adil Persatuan Indonesia (RAPI).

Sayap militer organisasi inilah yang kemudian mengobrak-abrik Bandung pada 23 Januari 1950. Dikenal dalam sejarah sebagai peristiwa pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA).

(Source: Merdeka.com)

Leave a Reply