Duduk Perkara Penertiban Citayam Fashion Week; Citayam Fashion Week (CFW) menjadi fenomena baru di kalangan masyarakat. Peragaan busana di sekitar zebra cross Jalan Tanjung Karang, Dukuh Atas, Jakarta Pusat, dianggap menjadi wadah yang bisa menunjukkan kreativitas anak muda.
Namun akhir-akhir ini aktivitas Citayam Fashion Week menuai pro dan kontra sejumlah pihak. Bagi pihak yang mendukung, kegiatan tersebut sebagai tempat remaja merepresentasikan kreativitas. Akan tetapi bagi yang kontra, aksi remaja bergaya sandang pelbagai modis itu mengganggu mobilitas masyarakat di sekitar Dukuh Atas.
Pro kontra itu akhirnya membuat polisi dan Satpol PP mengambil tindakan mengamankan kawasan Zebra Cross Dukuh Atas. Pengamanan ini dilakukan guna meminimalisir kriminalitas, kemacetan dan parkir liar di lokasi tersebut.
Ditertibkan karena Tuai Macet
Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Komarudin mengatakan, penertiban dilakukan imbas kemacetan akibat Citayam Fashion Week. Terlebih menjelang dan saat libur akhir pekan, angka kemacetan di lokasi tersebut meningkat.
“Dampak yang luar biasa salah satu di antaranya adalah kemacetan beberapa hari pantauan kami di lapangan hari Jumat mendekati malam Sabtu. Kemudian juga Sabtu, Minggu, bahkan hingga hari Senin kita pantau bahwa aktivitasnya sangat luar biasa dan berdampak terhadap kemacetan,” kata Komarudin kepada wartawan, Rabu (27/7).
Menurut dia, antrean kendaraan bahkan terpantau sampai mengular ke beberapa ruas jalan, salah satunya akses menuju Senayan. Terlihat pola kemacetan ketika di empat lajur dari jalan Jenderal Sudirman mengalami penyumbatan ketika berbelok ke arah Dukuh Atas.
“Pantauan kami ekor kemacetan sampai dengan Senayan, Semanggi, sampai ke arah Dukuh Atas. Oleh karenanya kami melakukan upaya normalisasi karena setelah kita pantau simpul kemacetannya itu dari adanya aktivitas di Citayam,” ucap dia.
Fashion Show Tak Dibubarkan
Penertiban tak hanya di jalur jalan Jenderal Sudirman untuk memecah kemacetan. Polisi juga melarang Zebra Cross di Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta Pusat, dimanfaatkan untuk membuat konten atau fashion show. Penertiban dilakukan dengan menerjunkan polisi dari Sektor Metro Tanah Abang, Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), berjaga-jaga di sekitar zebra cross Dukuh Atas.
Polisi bahkan menggunakan pengeras suara mengimbau para warga tak memanfaatkan trotoar hingga zebra cross untuk kebutuhan konten, fashion show, atau pemotretan.
Petugas Satpol PP menjelaskan, larangan tersebut dimaksudkan untuk menertibkan anak-anak yang membuat konten atau fashion show di zebra cross, bukan membubarkan anak-anak di Dukuh Atas.
“Kita tidak membubarkan, kita hanya mengimbau kepada anak-anak untuk pulang pukul 22.00 WIB nanti kita umumkan lewat pengeras suara,” kata salah satu petugas Satpol PP, saat diwawancarai di Dukuh Atas, Rabu (27/7) malam.
Pemprov DKI Jakarta Harus Bikin Kebijakan
Untuk mengurai persoalan Citayam Fashion Week, pemerintah Provinsi DKI Jakarta diminta mengeluarkan kebijakan tepat dengan memberikan edukasi terhadap ABG dan remaja kerap nongkrong di kawasan Dukuh Atas.
“Pemprov DKI kewajiban memfasilitasi, kalau misal di situ terjadi pelanggaran misal tentang ketertiban umum dicarikan tempat lainnya, kan bisa digeser tempatnya itu,” kata pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti Jakarta, Trubus Rahardiansah saat dihubungi merdeka.com, Kamis (28/7).
Kebijakan dikeluarkan Pemprov DKI Jakarta itu dinilai penting agar aktivitas dan kreativitas para ABG dan remaja tersebut tetap tersalurkan tanpa mengganggu mobilitas masyarakat lain di kawasan Dukuh Atas.
“Jadi kalau kreasi inovasinya enggak boleh dimatikan, karena itu bagian dari demokrasi ekspresi,” ujar dia.
Menurut dia, dalam mengatasi persoalan itu pemerintah bukan menindak tegas melainkan mencarikan solusi terbaik agar kreativitas para ABG dan remaja tersebut tak terbelenggu. Solusi itu salah satunya dengan mengatur penyelenggaraan Citayam Fashion Week seminggu sekali seperti Car Free Day.
“Lalu dipisahkan antara yang anak-anak pengangguran, yang tidak mau sekolah, yang menyebabkan mereka terus tidur di situ, jadi bikin kumuh juga kotor. Saya rasa itu perlu edukasi oleh Pemprov DKI,” ujar Trubus.
Hal senada juga disampaikan sosiolog Sunyoto Usman. Dia meminta agar kreasi yang ada di Citayam Fashion Week tidak dimonopoli dan dimanipulasi. Namun pemerintah hadir untuk memberikan solusi atau aturan yang tepat.
“Pemerintah harus hadir mengatur supaya tidak bertabrakan dengan hak-hak publik misal pengguna sarana transportasi,” kata Sunyoto.
Terpisah, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Patria Riza menegaskan bahwa belum akan menertibkan secara resmi kegiatan Citayam Fashion Week di Dukuh Atas tersebut. Menurut Riza, Pemprov DKI Jakarta tidak bisa serta merta mengambil langkah menutup atau menggusur aktivitas muda-mudi itu.
“Kan sudah saya jelaskan, itu kan perlu waktu tidak bisa serta merta kemudian kita menggusur kemudian kalau mau direlokasi juga harus disiapkan tempatnya yang baik,” kata Riza di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (27/7).
(Source: Merdeka.com)