‘Indonesia Terserah’ Viral Gara-gara Corona; Belum lama ini, ungkapan ‘Indonesia Terserah’ sempat trending di media sosial. Hal ini disandingkan dengan komentar yang menunjukkan rasa kecewa masyarakat terhadap penanganan dan penerapan aturan untuk mencegah penyebaran virus Corona COVID-19 di Indonesia. “Negri Seterah, Negara suka suka, Hukum Asal bapak suka #indonesiaterserah,” tulis salah seorang netizen. “Ini adalah ungkapan geram, frustasi dan kekesalan terhadap perilaku anggota masyarakat maupun kebijakan, yang dinilai tidak kooperatif dalam turut serta bahu membahu menghentikan pandemi covid-19. Geram dan kekesalan ini tampak diungkapkan dalam bentuk ungkapan sinis atau sarkastik (sarkasme),” jelas psikolog klinis dari Personal Growth, Veronica Adesla. Menurut Veronica, rasa geram, frustasi, dan kesal ini jika berlangsung lama pada seseorang tanpa adanya kepastian yang jelas, bisa berkembang menjadi rasa putus asa. “Selain itu, ini juga bisa membawa seseorang pada sikap perilaku tidak peduli atas apa yang terjadi, bahkan hingga pada perilaku fatalistik,” katanya. Simak asal mula tagar Indonesia Terserah ini menjadi trending di jagat social yang telah dirangkum oleh Tim Support Priority Indonesia (Perusahaan Sepatu Kulit Militer POLRI Safety Kulit Sapi Asli Big Size) di bawah ini;
Kecewa Penanganan COVID-19, Indonesia Terserah Masuk Google Trend
Kecewa terhadap penanganan COVID-19, Indonesia Terserah menjadi perbincangan di Google Trend dan sempat muncul #indonesiaterserah di Twitter. Hashtag #indonesiaterserah menyuarakan ketidakpuasan netizen pada penerapan aturan pencegahan penyebaran virus corona.
“Negri Seterah, Negara suka suka, Hukum Asal bapak suka #indonesiaterserah,” tulis akun @R****R****.
Kekecewaan juga disuarakan @a****h****** yang menyesalkan penutupan masjid dan rumah ibadah lain, namun bandara dan pusat perbelanjaan justru mulai dibuka. Padahal masih dalam kondisi pandemi virus corona.
“Pak kami rela beribadah dirumah agar wabah ini segera berlalu. Tarawih, solat jamaah, tadarrus, jumatan, dll. Tapi anda buka bandara, banyak yg kumpul tdk soscial distancing. Bagaimana kami mendengar pemerintah kalau mereka tdk mendengar suara mereka sendiri? #indonesiaterserah,” tulisnya.
Dengan kekecewaan tersebut, netizen menyesalkan pengorbanan tenaga medis yang setiap hari berhadapan langsung dengan virus corona. Menurut netizen, pengorbanan tersebut tidak ada artinya jika masyarakat dan pemerintah terkesan tidak serius mengatasi COVID-19.
“Kesabaran ada batasnya. Konteksnya adalah orang yg berjuang mempertaruhkan nyawa melihat yg diperjuangkan tidak peduli padanya. #indonesiaterserah,” tulis akun @i**g*****
“Nyesek kalo liat tenaga medis yg udah berkorban sampe sejauh ini tapi masyarakat nya bodoamat dan nganggep biasa aja. Kaya gak ngehargain perjuangan mereka. Kalo tenanga medis udah bodo amat nasib kalian2 mau gimana? Hampir gila liat orng yg makin seenaknya #indonesiaterserah,” tulis akun @i**m****
Selain menjadi perbincangan di Twitter dan Google Trend, Indonesia Terserah juga menjadi topik hangat di WhatsApp. Postingan di WhatsApp bahkan disertai saran supaya tenaga medis pulang dan berkumpul bersama keluarga.
Penanganan bisa digantikan mereka yang tidak peduli pada aturan jaga jarak untuk menekan jumlah kasus infeksi virus corona. Tidak disiplin dan taat meningkatkan risiko penyebaran virus corona di lingkungan umum.
Berikut bunyi pesan yang beredar di WhatsApp Group,
Kalian tidak mau wabah berakhir ? Sebarkan lah !
Kalian tidak mau distancing ? Berkerumun lah !
Kalian tidak mau tinggal di rumah ? Keluar lah !
Mari kita ganti slogan :
“Peoples stay outside !”
“Doctors stay at home !”
Kita tunggu siapa yang bertahan, siapa yang berguguran.
Sudah banyak dokter dan perawat berjatuhan, dan itu tidak merisaukan kalian.. .!?
Tenaga kesehatan sudah kehabisan ludah menjelaskan persoalan…!
Tenaga kesehatan sudah kehabisan tenaga menangkap korban…!
Tenaga kesehatan sudah kehabisan muka ditolak tetangga…!
Tenaga kesehatan sudah kehabisan bahan mencari pengamanan…!
Tenaga kesehatan sudah kehabisan ide mencari jalan penyelesaian…!
(Ini dari Dokter-dokter yang kesal dengan keadaan Indonesia sekarang)
Menurut beberapa penelitian, disebutkan bahwa Saat seseorang bilang ‘terserah’, apakah berarti benar-benar pasrah dan ikhlas dengan apa yang bakal terjadi? Sepertinya tidak selalu demikian, sebab kata-kata seperti ‘terserah’ atau ‘ya sudah’ seringkali justru mewakili sikap yang dinamakan pasif-agresif.
Indonesia Terserah ‘Corona’
Apa itu pasif-agresif?
Dikutip dari Healthline, seseorang dengan perilaku pasif agresif mengekspresikan perasaan negatif lewat perilaku, bukan mengungkapkannya secara langsung lewat kata-kata. Ini menciptakan jarak antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan. Sebagai contoh, seseorang tidak setuju dengan sebuah rencana. Seseorang yang pasif agresif mungkin tidak akan membantah, tetapi diam-diam tidak mau mendukung apalagi menjalankannya. Pokoknya, “Terserah!”
Kenapa orang mengatakan ‘terserah’?
Dikutip dari Rachrecovery, seseorang dengan perilaku pasif agresif pada level tertentu meyakini bahwa situasi hanya akan menjadi lebih buruk jika orang lain mengetahui perasaan negatifnya. Karenanya, ia akan memilih mengungkapkannya diam-diam lewat sikapnya dibanding kata-kata. Menarik diri dari diskusi dan percakapan lewat ungkapan ‘terserah’ atau ‘ya sudah’ adalah contohnya. Biasanya, diikuti dengan ngomong di belakang.
Perilaku atau sikap pasif agresif juga bisa berkaitan dengan kondisi tertentu seperti:
-Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)
-Stres
-Gangguan kegelisahan (anxiety)
-Bipolar
-Skizofrenia
-Penyalahgunaan narkoba.
Bagaimana sebaiknya menanggapi kata ‘terserah’?
Banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya bersikap pasif agresif, dan bahkan merasa normal dengan hal itu. Bisa jadi, malah merasa sikap itu yang terbaik demi menghindari pertikaian. Salah satu cara yang dianjurkan untuk menyikapinya adalah dengan bersikap asertif tanpa melabelinya ‘pasif agresif’. Kadang, cara ini efektif untuk memberi contoh cara mengungkapkan perasaan dengan lebih tegas. Disaat tagar Indonesia terserah menggema di sosial media, nyatanya tak semua orang menganggap hal ini sesuatu yang serius. Ya, memang banyak yang menganggap remeh PSBB yang telah diberlakukan di beberapa daerah di Indonesia. Contoh terbaru yakni seorang Pria reaktif corona yang menolak jemputan ambulans dan malah dengan santuy nya motoran ke Rumah Sakit.
Indonesia Terserah ‘Corona’
Aksi Geger Pria Reaktif Corona: Tolak Ambulans dan Santuy Motoran ke RS
Seorang pria pasien reaktif COVID-19 versi rapid test bikin geger warga Garut. Dia enggan dievakuasi menggunakan ambulans dan memilih sendirian mengendarai sepeda motor menuju tempat isolasi di RS Medina. Juru Bicara Tim Penanganan COVID-19 Garut Ricky Rizki Darajat membenarkan hal tersebut. Ricky mengatakan, kejadian itu terjadi Rabu lalu di Kecamatan Karangpawitan. “Itu terjadi pada hari Rabu 13 Mei 2020 pada saat dilakukan Rapid Tes massal di Pasar Karangpawitan,” kata Ricky, senin lalu. Ricky mengatakan kejadian tersebut bermula saat Pemda mengadakan Rapid Diagnostic Test (RDT) massal di sekitar Pasar Karangpawitan. Saat itu, ada beberapa peserta tes yang dinyatakan reaktif. Salah satunya adalah pria tersebut. “Pasien jenis kelamin laki-laki berusia 52 tahun itu dinyatakan reaktif dari hasil rapid test. Kemudian langsung akan diisolasi,” ucap Ricky. Hal tak terduga terjadi saat petugas medis hendak mengevakuasi pria itu ke tempat isolasi. Tawaran menaiki ambulans ditolak mentah-mentah olehnya. Dia memilih untuk pakai motor menuju tempat isolasi yang berjarak sekira 10 kilometer di kawasan Kecamatan Wanaraja. “Pasien tersebut sudah kami coba dibujuk untuk naik ambulans. Tapi, dia mau berangkat sendiri ke Medina (tempat isolasi) karena sedang membawa motor pada saat rapid test,” ucap Ricky.
Indonesia Terserah ‘Corona’
Karena pasien kekeuh, petugas akhirnya mengizinkan pasien untuk berangkat sendiri menggunakan motor dengan diawasi pakai ambulans dari belakang. Pria reaktif itu terlihat santuy dan tanpa helm saat memacu motornya di jalanan. Ricky memastikan pria itu kini diisolasi. “Sudah diisolasi. Kami menunggu hasil swab test,” tutup Ricky. Sebelumnya diberitakan, seorang pria di Garut bikin geger gara-gara tidak mau dijemput pakai ambulans dan malah memilih menggunakan motor saat hendak diisolasi. Padahal, dia dinyatakan reaktif setelah menjalani rapid test. Akibatnya sejumlah petugas medis yang terdengar jengkel akibat ulah pasien tersebut. Padahal, para medis sudah menunggunya sejak lama menahan gerah untuk mengevakuasi pasien tersebut.
“Nepi ka kiyeu, pasien ditungguan sa-eungap-eungap indit sorangan kanu (Sampai seperti ini, pasien kita tunggu tapi berangkat sendiri pakai) motor.
Jadi orang ini reaktif. Padahal kita pengap (pakai APD),” kata salah seorang pria yang disebut-sebut tenaga medis yang menjemput pria itu.
(Source: news.detik.com)