Kesejahteraan TNI POLRI; Soal kesejahteraan prajurit TNI diangkat dalam rapat kerja Komisi I DPR dengan Kementerian Pertahanan. Anggota Komisi I DPR Sukamta menilai kecemburuan prajurit TNI terkait kesejahteraan institusi lain kerap jadi pemicu keributan. Sukamta mengatakan kesejahteraan prajurit TNI memprihatinkan. Jika dibandingkan dengan personel Polri, kata Sukamta membandingkan, maka kesejahteraan prajurit TNI jauh di bawah. Menurut dia, prajurit TNI memang tak terdengar gaduh mengeluh. Namun dia meyakini muncul kecemburuan dari prajurit TNI. “Saya lihat mungkin ada kontribusi (penyebab keributan, red) pada kecemburuan, kalaupun saya tahu prajurit itu tidak pernah mengeluh,” kata Sukamta kepada wartawan, Kamis (3/9/2020). “Tapi, namanya manusia kadang-kadang muncul kecemburuan, sehingga mudah tersulut oleh perkara-perkara yang kecil, sehingga terjadi keributan. Walaupun didisplinkan kaya apa, kalau sumber kecemburuan nggak dihilangkan, kan mudah sekali tersulut, ya,” imbuhnya. Berikut yang telah dirangkum Tim Support Priority Indonesia (Perusahaan Sepatu Kulit Militer POLRI Safety Tunggang) dibawah ini;
Sukamta lalu bicara soal tunjangan dan uang kompensasi prajurit TNI. Dia mengatakan yang didapat prajurit tidak lah cukup. “Perumahan yang biasanya sangat sederhana dan jumlahnya belum memenuhi, uang kompensasi tugas yang dengan standarnya masih harga 20 tahun yang lalu, sampai tunjangan kinerja yang belum cukup. Misalnya, uang lauk-pauk Rp 32 ribu per hari per keluarga, untuk prajurit yang ditugaskan ke daerah jauh atau di kapal beberapa bulan, Rp 14 ribu per hari,” papar Sukamta. Bahkan, menurutnya, saat dinas di lokasi yang sama, personel Polri mendapatkan fasilitas pesawat sedangkan personel TNI hanya dengan kapal. Selain soal tunjangan, Sukamta juga menggambarkan perbandingan fasilitas yang didapat prajurit TNI dengan personel Polri. Dia memberi contoh soal perjalanan dinas. “Jadi tadi yang satu institusi, sama-sama ditugaskan ke Papua dari Jakarta, yang satu naik pesawat, yang satu naik kapal, ya kan, perbandingannya begitu,” papar Sukamta.
Lebih jauh, Sukamta melihat masalah kecemburuan terkait kesejahteraan ini bisa memicu terjadinya peristiwa seperti penyerangan Polsek Ciracas. Ada permasalahan, sebut dia, berkelahi. “Iya itu bagian, kalau saya lihat sih ya, kecemburuan-kecemburuan seperti itu akibatnya yah bisa mengakibatkan seperti itu (penyerangan Polsek Ciracas, red), mudah terpicu. Ada masalah sedikit kelahi, ada masalah sedikit kelahi begitu kan,” sebut Sukamta. Sukamta meminta pemerintah segera meningkatkan kesejahteraan para prajurit TNI. Dia menyebut prajurit TNI harus dimanjakan. “Iya kami usulkan begitu, dinaikan lah standarnya itu. Kita ingin memanjakan TNI yang layak secara manusiawi aja lah,” imbuhnya. Sukamta awalnya bicara soal keprihatinannya terhadap kesejahteraan prajurit TNI dalam rapat kerja dengan Kementerian Pertahanan, Rabu (2/9) kemarin. Wamenhan Sakti Wahyu Trenggono yang menanggapi Sukamta dengan menyatakan dirinya pun menangis jika melihat kesejahteraan prajurit TNI.
Anggota DPR: Prajurit TNI Naik Kapal, Personel Polri Pesawat
Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PKS, Sukamta, prihatin atas kesejahteraan prajurit TNI yang menurutnya jauh di bawah personel Polri. Sukamta membandingkan fasilitas yang diterima dua personel institusi tersebut. Sukamta mengatakan kesejahteraan prajurit TNI berada di bawah personel Polri. Dia mengungkap, saat dinas di lokasi yang sama, personel Polri mendapatkan fasilitas pesawat, sedangkan personel TNI hanya dengan kapal. Dia menyebut ini berpotensi menimbulkan kecemburuan yang dapat menyulut keributan. “Jadi tadi yang satu institusi, sama-sama ditugaskan ke Papua dari Jakarta, yang satu naik pesawat, yang satu naik kapal, ya kan, perbandingannya begitu. Itu sebabnya saya lihat mungkin ada kontribusi pada kecemburuan, kalaupun saya tahu prajurit itu tidak pernah mengeluh,” kata Sukamta kepada wartawan, Kamis (3/9/2020).
Sukamta lalu bicara soal tunjangan yang didapat prajurit TNI. Mulai dari perumahan hingga uang kompensasi. “Perumahan yang biasanya sangat sederhana dan jumlahnya belum memenuhi, uang kompensasi tugas yang dengan standarnya masih harga 20 tahun yang lalu, sampai tunjangan kinerja yang belum cukup. Misalnya, uang lauk-pauk Rp 32 ribu per hari per keluarga, untuk prajurit yang ditugaskan ke daerah jauh atau di kapal beberapa bulan, Rp 14 ribu per hari,” papar Sukamta. Sukamta awalnya bicara soal keprihatinannya terhadap kesejahteraan prajurit TNI dalam rapat kerja dengan Kementerian Pertahanan, Rabu (2/9) kemarin. Wamenhan Sakti Wahyu Trenggono yang menanggapi Sukamta dengan menyatakan dirinya pun menangis jika melihat kesejahteraan prajurit TNI.
Wamenhan Pun Menangis Lihat Kesejahteraan Prajurit TNI
Rapat Komisi I DPR RI yang membahas laporan anggaran mitra tahun 2019 menyinggung soal kesejahteraan prajurit TNI. Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sakti Wahyu Trenggono pun mengaku menangis terkait kesejahteraan prajurit TNI. Awalnya, Anggota Komisi I Fraksi PKS Sukamta bicara soal kesejahteraan prajurit TNI. Sukamta menyoroti uang makan dan gaji yang diterima oleh prajurit TNI. “Saya cuma ini saja Pak Wamenhan, ini karena dua Pak Menhan dan Pak Wamenhan ini relatif baru ya, ini kesempatan yang sangat bagus Pak, tadi datanya sudah disampaikan. Walaupun ada gaji pokok, tapi saya kira uang lauk pauk, uang segala macem, kesejahteraan, tinggalan keluarga, Rp 40 ribu sehari, saya kira sehari makan masih 3 kali ya TNI ya, artinya bukan makan siang saja gituloh,” kata Sukamta, di Ruang Rapat Komisi I, kompleks gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (2/9/2020). “3 kali Rp 40 ribu saya kira susah sekarang nyari warung yang serius gitu, Pak. Masak sendiri juga Indomie, kasihan nanti fisik TNI ini kan harus dituntut prima, apalagi di zaman pandemi gini. Mohon supaya ada prioritas,” imbuhnya.
Merespons sorotan Sukamta, Wamenhan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan tak bisa secara terbuka menjawab soal kesejahteraan prajurit TNI. Sakti mengaku menangis ketika masuk Kemenhan dan mengetahui soal kesejahteraan prajurit TNI. “Karena ini rapat terbuka, saya tentu enggak bisa menjawab dengan secara terbuka, karena nanti menyangkut hal-hal yang sifatnya sensitif. Tapi saya setuju, saya pun menangis, Pak, sama seperti Bapak, begitu saya masuk ditugaskan Pak Presiden membantu Pak Prabowo,” ujarnya. Sakti lalu bercerita tentang sopirnya yang belum punya aset cukup. Sakti tak ingin ada rasa kecemburuan di antara prajurit TNI. “Kami berdua selalu berbagi bagaimana TNI sejahtera, kadang-kadang saya tanya sopir saya, ‘kamu sudah punya mobil belum?’, ‘belum, siap belum’, begitu, aduh. Kalau saya kasih rumah buat sopir nanti yang lain bagaimana? Itu salah satu contoh, dari mana ini, kira-kira begitu,” ucapnya.
Oleh karena itu, Sakti meminta dukungan kepada Komisi I DPR agar dapat memperjuangkan juga kesejahteraan prajurit TNI. Dia menilai, jangan sampai ada ketimpangan di antara sesama prajurit. “Tapi saya mohon dukungan dari Bapak anggota dewan yang terhormat untuk kemudian berjuang kepada pemerintah kita cara terbaik supaya para prajurit kita, mohon izin, jangan sampai prajurit kita naik kapal laut kemudian prajurit yang lain menggunakan pesawat terbang, misalnya, ada yang begitu, Pak, ini kenyataan,” imbuhnya.
(Source: Detik.news.com)