Waspada Vaksin Palsu; Saat dunia sibuk bekerjasama hadapi Corona, kita semua kemarin dikagetkan dengan berita adanya vaksin Covid-19 palsu. Vaksin palsu yang isinya larutan garam, pertama kali dibongkar oleh kepolisian China. Tidak tanggung-tanggung vaksin palsu yang diamankan oleh Polisi China ada 3000 dosis vaksin. Belum lagi ribuan bahkan jutaan dosis kemasan vaksin palsu yang belum siap edar. Berikut yang telah dirangkum oleh Tim Support Priority Indonesia (Perusahaan Sepatu Kulit Militer POLRI Safety Tunggang) dibawah ini;
Vaksin Covid-19 palsu ini telah beredar di masyarakat. Ini telah dijual belikan, melansir Reuters (18 Februari 2020), di pasaran sejak September 2020. Vaksin Covid-19 palsu asal China ini beberapa diantaranya sudah siap dipasarkan keluar negeri. Melansir BBC.com, aparat China kemarin (17 Februari 2021) telah menangkap pimpunan sindikat pembuatan dan pengedaran vaksin Covid-19 palsu ini.
Pimpinan sindikat tersebut seorang pria dengan inisial Kong, yang telah membuat 58 ribu ramuan vaksin Covid-19 palsu. Kong diamankan aparar bersama 80 lebih anggota sindikatnya. Di persidangan Kong terbukti dan mengaku telah meraup keuntungan sebanyak 39 Miliar Rupiah atau sebesar 18 juta yuan. Padahal modal vaksin Covid-19 palsu hanya jarum suntik dan kemasannya yang diberi larutan air garam. Karena Kong dan anggota sinditaknya pertama kali menjual ke pasar (distributor) Agustus 2020, vaksin Covid-19 palsu ini baru ada di pasaran pada September 2020. Jadi baru sampai ditangan banyak pengguna satu bulan kemudian.
Namun, hanya salam waktu satu bulan itu vaksin Covid-19 palsu ini telah sampai ke Hong Kong November lalu, sebelum dikirim ke luar negeri. Ironisnya lagi penjualan dilakukan berdasarkan “saluran internal” dari produsen asli. Fakta lainnya, vaksin Covid-19 palsu ini ditemukan dijual dengan harga tinggi di rumah sakit. Malah sudah sampai ke tingkat desa penjualannya melalui tenaga kesehatan desa. Karena hal inilah badan penuntut tertinggi China, Kejaksaan Agung Rakyat, telah mendesak badan-badan regional untuk bekerja sama dengan polisi untuk mengekang kegiatan tersebut.
AGAR TERHINDAR DARI VAKSIN PALSU
Peredaran vaksin palsu telah terungkap. Orang tua yang anaknya hendak vaksinasi perlu lebih waspada. Menurut vaksinolog dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc-VPCD, orang tua berhak meminta tenaga kesehatan menunjukkan kemasan vaksin sebelum diberikan pada anak. Orang tua juga bisa bertanya ke pihak layanan fasilitas kesehatan, asal produksi vaksin yang digunakan. Pun demikian, membedakan vaksin asli dan palsu tidak bisa dilakukan kasat mata. “Orangtua maupun dokter, sepertinya sulit untuk membedakan secara langsung yang mana vaksin asli dan palsu. Yang bisa memastikan adalah uji laboratorium,” ujar Direktur Pengawasan Produksi Produk Terapeutik BPOM Togi Junice Hutadjulu.
Menurut Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Aman Bhakti Pulungan, SpA (K), dokter anak di tempat praktik masing-masing telah diimbau untuk memastikan asal produksi vaksin. Namun orang tua tetap perlu meningkatkan kewaspadaan. Untuk memastikan anak mendapat vaksin asli, Aman mengimbau orangtua membawa anak ke fasilitas kesehatan resmi milik pemerintah. Rumah sakit maupun puskesmas dijamin olehnya menyediakan vaksin dari produsen dan distributor resmi.
Menurut pengakuan produsen vaksin palsu yang didapat Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri Brigjen (Pol) Agung Setya, kebanyakan mereka lulusan sekolah apoteker. Namun vaksin yang mereka produksi tidak sesuai standar Kementerian Kesehatan. Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek dilansir Tempo mengatakan vaksin palsu yang sudah diteliti mengandung cairan infus dan antibiotik gentamisin. Kata Nila, dampaknya tidak terlalu membahayakan.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah proses pembuatannya yang diduga tidak steril. “Jika tidak steril, dapat mengakibatkan infeksi,” kata Nila. Hal senada diungkapkan Aman Pulungan. Vaksin palsu berisi cairan itu akan membuat anak tidak kebal. “Misalnya divaksin palsu untuk hepatitis B, jadinya anak tidak kebal hepatitis B,” kata Aman. Itu mengapa Menteri Nila mengimbau pentingnya vaksinasi ulang bagi anak yang mendapat vaksin palsu. “Kalau ini isinya hanya cairan, tentu tidak berfungsi sama sekali. Jadi, kita berikan ulang pada mereka,” tegasnya. Vaksinasi ulang tersebut akan diberikan secara gratis karena masuk program pemerintah. Demikian disampaikan Nila.
Vaksinasi Tetap Jalan di Bulan Puasa
Program vaksinasi Covid 19 terus digiatkan. Menurut hitungan pemerintah sedikitnya 182 juta penduduk Indonesia harus menerima vaksinasi. Hadirnya bulan puasa yang tinggal beberapa saat lagi, tak akan menjadi penghalang proses vaksinasi. Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, memastikan di bulan puasa, vaksinasi tetap jalan. ”Untuk wilayah yang banyak penduduk Muslim, vaksinasi kita jalankan malam hari,” ujar dia dalam pertemuan dengan para pimpinan media di Jakarta, Rabu (17/2). Sedangkan vaksinasi untuk warga non-Muslim akan berjalan siang hari seperti biasa.
Program vaksinasi ini, menurut Jokowi, harus terus diakselerasi, sehingga kekebalan masyarakat terhadap virus Covid 19 cepat terbentuk. Untuk terus mempercepat program vaksinasi, pihaknya terus berupaya mendapatkan vaksin sesuai jumlah dosis yang diperlukan. Untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi 182 juta penduduk, pihaknye memerlukan 426 juta dosis vaksin. Saat ini, kata Jokowi, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, beberapa pihak sudah memberikan komitmen untuk menyediakan vaksin. Sebagian vaksin sudah dikirim dan digunakan, dan sebagian lain masih menunggu pengiriman.
Jokowi merinci, dari Sinovac pihaknya mendapat komitmen pengadaan 140 juta vaksin, Astrazeneca 50 juta, Pfizer 50 juta, dan Novavac 50 juta vaksin. ”Jadi kita masih kekurangan sekitar 120 juta dosis vaksin,” tutur dia. Selain terus mengupayakan ketersediaan vaksin, Jokowi juga mendorong penambahan jumlah vaksinator yang sesuai standar. Saat ini, kata dia, tersedia 30 ribu vaksinator yang sesuai standar dari kemenkes. Dalam waktu dekat akan ditambah sekitar 9 ribu tenaga vaksinator dari TNI/Polri. Dengan Jumlah tersebut, dia berharap kecepatan vaksinasi bisa mencapai 1,2 juta orang per hari.
Meski vaksinasi terus dijalankan, dia juga mengingatkan agar upaya pencegahan terus dijalankan. Hadirnya bulan puasa dan Lebaran diharapkannya tidak memicu kenaikan angka penularan. ”Dari empat kali libur panjang, saya amati, setelahnya angka kenaikan kasusnya mencapai 40 persen,” ujar Jokowi. Atas dasar itu, pihaknya meminta semua pihak bisa menahan diri agar libur puasa dan Lebaran tidak menaikkan angka kasus Covid 19.
(Source: republika.co.id, helath.grid.id, republika.id)