Disangka Serdadu Belanda, Komandan TNI Hampir Hilang Nyawa Diterjang Peluru Anak Buah

Disangka Serdadu Belanda, Komandan TNI Hampir Hilang Nyawa Diterjang Peluru Anak Buah

Disangka Serdadu Belanda, Komandan TNI Hampir Hilang Nyawa Diterjang Peluru Anak Buah; Salah satu ciri khas dari Alex Evert Kawilarang adalah postur tinggi dan kulit putih. Dengan penampilan tersebut, tidak heran jika dia selalu disangka sebagai serdadu Belanda. Suatu hari di tahun 1949. Letnan Kolonel Alex Evert Kawilarang menjadi wakil TNI di Sumatra Utara untuk perundingan damai dan gencatan senjata dengan pihak militer Belanda. Saat sedang beristirahat dalam markas tentara Belanda di Padang Sidempuan, dia didatangi seorang sersan berkebangsaan Belanda.

“KNIL?” tanya sang sersan sambil menatap wajah Kawilarang.

KNIL adalah Tentara Kerajaan Hindia Belanda yang beranggotakan dari banyak etnis dan bangsa. Itu tentu saja berbeda dengan KL (Angkatan Darat Kerajaan Belanda) yang memang sebagian besar anggotanya adalah para serdadu bule asli Belanda.

Ketika Kawilarang menjawab dia adalah anggota TNI, bukan main terkejutnya Sersan itu. Wajahnya menunjukkan rasa tidak percaya. Pikirnya, bagaimana bisa seorang prajurit TNI berada di markasnya?

“Hoe is het mogelijke? (bagaimana bisa),” gumannya berulang-ulang.

Sering Disangka KNILSebaliknya hal yang sama juga terjadi ketika Kawilarang harus mendampingi Sri Sultan Hamengkubuwono IX saat berkunjung ke Sumatra Utara. Di tengah keriuhan rakyat Tanah Karo menyambut Sri Sultan, orang-orang terlihat memandang kehadiran komandan TNI di Sumatra Utara itu dengan pandangan sinis.

Barulah orang-orang merasa aneh saat pihak panitia penyambutan menyilakan Kawilarang untuk duduk di samping Sri Sultan. Salah seorang penduduk Tanah Karo yang berdiri di depannya. “Saya kira Bapak dari KNIL.” Demikian seperti dikisahkan dalam otobiografi Kawilarang berjudul Untuk Sang Merah Putih, disusun oleh Ramadhan KH.

Sangkaan yang sama juga pernah dimiliki oleh Satibi, seorang pejuang mantan anggota Brigade II Suryakancana Divisi Siliwangi yang saat itu ditugaskan di selatan Cianjur.

Ceritanya, pada suatu siang di bulan September 1947, Kopral Satibi didatangi seorang penduduk yang datang dalam wajah panik. Kepada dia, penduduk itu melaporkan bahwa di ujung desa ada dua serdadu Belanda tengah menuju ke arah pos Satibi. Dilapori demikian, tentu Satibi panik dan langsung memberitahukan kawan-kawan satu seksinya untuk bersiap menyambut kedatangan musuh.
“Sambil menyiapkan senjata, saya terus berpikir: kok bisa tentara Belanda sampai tahu posisi pos kami yang terletak di daerah terpencil,” kenang Satibi.

Hampir Hilang NyawaSetengah jam telah berlalu, namun dua tentara Belanda itu tak juga menampakkan batang hidung mereka. Namun baru saja pasukan kecil itu akan beranjak, tiba-tiba di persimpangan jalan muncul dua lelaki berpakaian khaki. Mereka lantas kembali ke posisi semula dan siap akan menembak, jika lelaki itu tak segera berteriak.

“Heh kalian itu kenapa? Di sini saya Kawilarang, komandan TNI!”

Ternyata, orang yang dikira serdadu Belanda itu tak lain adalah Letnan Kolonel Alex Evert Kawilarang, komandan Brigade II Suryakencana! Hampir saja nyawanya hilang dimakan peluru anak buah sendiri.

Soal disangka sebagai tentara Belanda ini memang kerap dialami lelaki Minahasa itu. Dalam otobiografinya, Kawilarang juga berkisah bagaimana saat di Sumatera Utara, penduduk setempat tak jarang langsung ketakutan saat melihat sosoknya. Bahkan dikisahkan, dia pernah ditembaki kawan sendiri saat berpatroli di suatu kawasan hutan, karena dikira tentara Belanda yang sedang kesasar.

(Source: Merdeka.com)

Leave a Reply