Peran TNI Dalam Pandemi Covid19; Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyampaikan peranan pasukan TNI dalam ikut menangani penyebaran virus corona atau Covid-19 di Tanah Air. Hal ini disampaikan Hadi dalam rapat kerja dengan Komisi I melalui konferensi video pada Rabu lalu. Marsekal Hadi menyebut, selama pandemi Covid-19, TNI terlibat dalam sejumlah upaya penanganan, mulai dari menertibkan PSBB, menyediakan tenaga medis, hingga menjaga perbatasan negara.
Dukung PSBB dan dapur umum
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, pihaknya bersama Kepolisian RI (Polri) telah mendirikan lima dapur umum di DKI Jakarta selama penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) akibat pandemi Covid19. “TNI bersama Polri menggelar dapur umum untuk masyarakat,” kata Marsekal Hadi dalam rapat kerja dengan Komisi I. Hadi mengatakan, TNI mendirikan dapur umum di tiga titik. Sedangkan, dua lainnya oleh Polri.
Marsekal Hadi mengatakan,”TNI mendukung kebijakan pemerintah dalam menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah di Indonesia. Pasukan TNI, kata beliau, ikut melakukan kegiatan untuk menyukseskan kebijakan tersebut di antaranya dengan melakukan patroli dan menyosialisasikan pemakaian masker serta pentingnya physical distancing”. “Kemudian, membantu melaksanakan verifikasi masyarakat penerima bantuan sosial baik dari pemerintah pusat dan daerah, memastikan arus dan jalur logistik tidak mengalami kendala, dan membantu menyalurkan bantuan logistik ke masyarakat yang membutuhkan,” kata Hadi. Ia juga menyampaikan, TNI bersama dengan Polri kompak membangun dapur umur selama pandemi Covid-19. Menurut Hadi, TNI menggelar tiga dapur umum dan Polri membangun dua dapur umum di DKI Jakarta. “Kostrad dapur umum yang sudah beroperasional yakni, di kelurahan Kapur Jakarta Barat, Marinir di Pasar Minggu, Mabes Angkatan Udara di Jakarta Utara, dan Polri di dua titik di Johar baru dan Kampung Rambutan,” ujar beliau.
Perketat penjagaan di perbatasan
Hingga saat ini, menurut Marsekal Hadi, TNI memperketat penjagaan di perbatasan yang menghubungkan dua negara yaitu Indonesia dan Malaysia selama pandemi Covid-19. Penjagaan ketat termasuk di “jalan tikus” alias jalan tidak resmi. Hadi mencontohkan, perbatasan darat dari Entikong hingga Sebatik Raya di Pulau Kalimantan yang terhubung dengan Malaysia yang saat ini dijaga ketat pasukan TNI dan Tentara Diraja Malaysia. Sebab, di sepanjang perbatasan darat tersebut, terdapat sejumlah jalan tikus dan jalur resmi untuk masuk ke Indonesia. “Perbatasan darat Entikong, Aruk Bado, Sebatik Raya dari seluruh perbatasan di Kalimantan, itu hampir ribuan terdapat jalur-jalur tikus,” ucap dia. Hadi mengatakan, tiga hari kemudian Tentara Diraja Malaysia menarik pasukan dari pos perbatasan. Namun, ia meminta semuanya tetap berada di perbatasan dan memperketat penjagaan karena masih terdapat beberapa orang yang melewati akses jalan di tengah pandemi. “Karena pemasalahannya adalah dari data yang kami terima, setiap hari ada juga para PMI dari Malaysia yang melalui jalan-jalan tikus,” ucap beliau.
peran tni dalam pandemi covid19
Lebih lanjut, Marsekal Hadi mengatakan, terkait para anggota PMI yang melewati jalan tidak resmi, TNI yang berjaga melakukan tindakan pencegahan Covid-19 dengan mengecek suhu tubuh. “Kami cek suhu tubuhnya dan kami bawa ke tempat perbatasan yang terdekat dan di sana dilakukan screening,” tutur beliau. “Setelah itu, baru dilaksanakan tindakan, apakah harus diisloasi atau dikembalikan, atau diizinkan ke masyarakat kembali ke kampung,” kata beliau.
Medis dan Non-Medis
Di bidang lainnya, TNI berupaya mendukung penanganan Covid-19 dengan tenaga medis, baik dokter spesialis dan dokter umum dikerahkan. “TNI memiliki tenaga medis dari tiga angkatan darat laut dan udara itu dokter spesialis terutama banyak 988 orang memang tersebar di 109 RS dan ada sebagian ditugaskan di RS wisma atlet, RS Pulau Galang,” kata beliau. Marsekal Hadi juga menyebut, tenaga medis dikerahkan di wilayah perbatasan terutama di pintu masuk WNI dari Malaysia seperti di Batam dan Tanjung Balai Karimun. Namun, tenaga medis khususnya dokter spesialis masih kurang di wilayah perbatasan. “Contohnya ada di Batam, Tanjung Balai Karimun karena Tenaga KKP, kantor kesehatan pelabuhan yang ada di wilayah perbatasan kekurangan, sehingga sebagian (dokter) memang kita tugaskan di sana,” ujar beliau. Selain itu, Hadi mengatakan, tenaga nonmedis dari pasukan TNI dikerahkan menggelar dapur umum, baik di RS Wisma Atlet dan RS Pulau Galang. “Contohnya adalah para prajurit yang memberikan pelayanan di dapur umum, baik di RS wisma atlet, RS yang di Pulau Galang dan termasuk tempat lain yang terkonsentrasi pasukan TNI,” ucap beliau.
Distribusi APD
Lebih lanjut, Marsekal Hadi mengatakan, hampir setiap hari TNI membantu Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mendistribusikan alat pelindung diri (APD) dan alat rapid test ke 34 provinsi di Indonesia. “Termasuk di antaranya kota yaitu Merauke yang selalu meminta APD dan alat rapid test, kita laksanakan,” ujar beliau. TNI masih menyimpan lebih dari 100.000 APD yang disimpan di gudang merpati di Lanud Halim Perdanakusuma. “Saat ini juga TNI masih menyimpan kurang lebih 100.000 APD yang kita simpan di gudang merpati di Lanud Halim, sewaktu-waktu apabila diperlukan kita juga akan langsung kirim sesuai permintaan,” ucap beliau.
TNI Realokasi Anggaran Rp 196,8 Miliar Guna Tangani Covid-19
Panglima Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, untuk menangani pandemi Covid-19, TNI melakukan refocusing atau realokasi anggaran sebesar Rp 196,8 miliar. Hadi memaparkan, total refocusing anggaran Rp 196,8 miliar tersebut terdiri dari kebutuhan anggaran Mabes TNI Rp 25,7 miliar, TNI AD sebesar Rp 39,9 miliar, TNI AL Rp 64,5 miliar dan TNI AU sebesar Rp 69,5 miliar. Menurut beliau, perubahan alokasi anggaran itu digunakan untuk pengadaan alat kesehatan dan alat tes Covid-19.
peran tni dalam pandemi covid19
“Kebutuhan anggaran refocusing mabes TNI dialokasikan untuk pengadaan alat laboratorium PCR dan reagen kit khusus corona virus. Kemudian, TNI AD untuk alokasi pengadaan, APD, test kit dan swab dengan keperluan smart helmet,” kata beliau dalam rapat kerja dengan Komisi I. Marsekal Hadi juga mengatakan, realokasi anggaran TNI Angkatan Laut (AL) dialokasikan untuk peningkatan pengadaan fasilitas kesehatan seperti ruang isolasi, pengadaan bahan baku hand sanitizer, vitamin, ventilator dan pemberian intensif untuk tenaga kesehatan di RS Pasir Angin. “Sedangkan kebutuhan anggaran refocusing TNI AU dialokasikan untuk pemberian insentif tenaga kesehatan di RSPAU Dr Harjo Lukito di Yogyakarta, RSAU di Bandung, dan RSAU Dr Isnawan di Halim,” ujarnya. Lebih lanjut, beliau mengatakan, sebesar Rp 3,2 triliun kebutuhan anggaran selain refocusing yang belum terpenuhi. Anggaran tersebut, kata beliau, dibutuhkan untuk pengerahan 95.000 personel TNI selama 150 hari hingga biaya operasi kontingensi dan rehabilitasi. “Kedua adalah kebutuhan alat kesehatan rumah sakit TNI sebesar 1,81 triliun,” pungkasnya.
Kita doakan semoga kerja keras seluruh aparatur Negara baik TNI POLRI dan lain sebagainya menghasilkan kemajuan yang signifikan pada pandemi ini. Semoga info yang telah Tim Support Priority Indonesia (Perusahaan Sepatu Kulit Militer POLRI Safety Medis Big Size) rangkum diatas bermanfaat dan menambah wawasan kita, walaupun sedang dalam program pemerintah yakni #Dirumahaja. ^_^
(Source: Nasional.kompas.com)