Ricuh Omnibus Law; Kerumunan tak terhindarkan dalam demo PA 212 dkk di Patung Kuda, Jakarta Pusat. Melihat hal itu, polisi meminta massa tertib menjalankan protokol kesehatan. Kapolres Jakarta Pusat, Kombes Heru Novianto, memberikan imbauan melalui pengeras suara yang ada di mobil komando di seberang lokasi massa berkumpul. Massa diminta untuk mematuhi protokol kesehatan karena masih dalam masa pandemi Corona. “Kami imbau dari aparat keamanan tidak melarang orasi, tetapi semua perlu menjaga jarak, menerapkan protokol kesehatan,” kata Heru, kepada massa di Patung Kuda, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa 13 Oktober 2020. Berikut yang telah dirangkum Tim Support Priority Indonesia (Perusahaan Sepatu Kulit Militer POLRI Safety Tunggang) dibawah ini;
Heru mengatakan bahwa pihaknya tidak akan melarang demo. Namun, kata dia, massa perlu menyadari akan keamanan setiap aksi yang mereka gelar. “Silakan orasi, tapi tanpa harus ada yang tersakiti, tanpa harus ada dirugikan. Karena semua fasilitas yang ada di sini dibangun oleh uang rakyat,” ujarnya. Meski sudah diimbau oleh aparat, massa tetap melanjutkan aksinya tanpa menghiraukan anjuran petugas. Mereka sesekali menyoraki aparat. Diketahui, PA 212 dan kawan-kawan melakukan Aksi 1310 di Jalan Medan Merdeka Barat siang ini. Mereka menyuarakan penolakan terhadap UU Cipta Kerja.
Selain itu, ada beberapa poin yang akan disuarakan, di antaranya selamatkan NKRI dan kaum buruh, tolak RUU HIP/BPIP dan bubarkan BPIP, serta ganyang China komunis si dalang. Massa demo tolak omnibus law UU Cipta Kerja terkonsentrasi di Patung Kuda Arjuna Wijaya. Ratusan orang dari remaja hingga orang dewasa berkumpul. Beberapa orang terlihat memakai masker, beberapa yang lain tidak mengenakannya. Tampak massa tak menerapkan jaga jarak.
Tambah Ramai, Penampakan Massa PA 212 dkk di Patung Kuda Pukul 13.45 WIB
Massa PA 212 dkk yang berdemo tolak omnibus law UU Cipta Kerja bertambah. Massa terkonsentrasi di sekitar Patung Kuda Arjuna Wijaya. Pantauan pukul 13.45 WIB, Selasa (13/10/2020), massa berkumpul di Patung Kuda Arjuna Wijaya, Jalan Medan Merdeka Barat. Mereka mengelilingi mobil komando sambil mendengarkan orasi. Massa pun terlihat tidak bisa mengarah ke Istana Merdeka karena terhalang oleh pembatas kawat berduri. Puluhan polisi juga terpantau berjaga mengamankan aksi demo di sekitar kawat berduri.
Di depan kawat berduri, laskar FPI berbaju putih tampak berbaris berjaga. Beberapa massa membawa atribut bendera Indonesia. Terlihat massa tidak menjaga jarak satu dengan lainnya. Beberapa massa tidak mengenakan masker, beberapa lainnya memakai. Selain itu, JPO yang berada di depan Gedung Sapta Pesona saat ini tidak bisa dilintasi. Tampak polisi menjaga JPO tersebut agar tidak dilintasi. Terdengar di atas mobil komando orator memompa semangat peserta demo. “Takbir!” teriak orator. “Allahu Akbar!” jawab massa. Hingga kini, situasi demonstrasi di lokasi aman dan kondusif. Demonstrasi juga masih berlanjut dengan diisi para orator dari massa PA 212 dan lainnya.
Massa Demo PA 212 dkk Tuntut Batalkan UU Cipta Kerja
Massa Aliansi Nasional Anti Komunis (ANAK) NKRI yang terdiri dari Persaudaraan Alumni (PA) 212 dkk menyampaikan aspirasinya. Mereka menuntut dibatalkannya UU Cipta Kerja. Perwakilan dari FPI DKI Jakarta, Salman Al Farisi, mengatakan omnibus law akan menimbulkan ketidakadilan. Menurutnya, dengan disahkannya UU Cipta Kerja, ketidakadilan di Tanah Air semakin nyata. “Hari ini kembali kita turun ke jalan, kita suarakan hak-hak kita. Kita melihat di tengah kita, di hadapan kita dipertontonkan sebuah ketidakadilan. Karena itu, maka kita sebagai umat Islam, sebagai rakyat tidak akan membiarkan ketidakadilan ada di negeri kita,” teriak Salman dari atas mobil komando FPI, di Patung Kuda, Jalan Medan Merdeka Barat, Selasa (13/10/2020).
Salman menyinggung beberapa aksi sebelumnya yang juga menolak omnibus law. Menurutnya, aktor di belakang pengesahan omnibus law bukan hanya DPR, tapi juga Presiden Joko Widodo. “Beberapa waktu lalu, kawan kita dari buruh, dari mahasiswa, mereka menuntut membatalkan omnibus law digagalkan. Sebagian masih menyatakan bilang omnibus law itu kesalahan DPR. Bukan hanya itu kesalahan legislatif, tetapi biangnya eksekutif,” katanya. “Oleh karena itu, tidak ada pilihan kecuali kita meminta untuk Bapak Jokowi mundur. Betul?” sambungnya.
Tuntutan ANAK NKRI juga terpampang di mobil komando. Tuntutan mereka antara lain mendukung aksi rakyat tolak UU Cipta Kerja di Indonesia, segera membatalkan UU Cipta Kerja, menuntut Jokowi mundur, hingga menuntut partai pendukung UU Cipta Kerja membubarkan diri.
Tak Demo di Jakarta, Buruh Tetap Gelar Aksi di Daerah
Serikat pekerja yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) memutuskan untuk tidak melakukan aksi penolakan Omnibus Law Cipta Kerja di Jakarta. Sebab, ada massa demonstran lain yang juga menggelar aksi serupa di Jakarta. Presiden KSBSI Elly Rosita mengatakan buruh tidak akan demo di Jakarta sampai waktu yang belum ditentukan. Pihaknya akan terus melakukan konsolidasi dengan para anggota. “Buat sementara demo di Jakarta kita hentikan sambil konsolidasi karena banyak elemen lain yang turun yang tidak atas nama buruh atau pekerja tapi seruan sudah mau menurunkan RI 1 (presiden),” katanya kepada detikcom, Selasa (13/10/2020). Dia tidak ingin aksi demo berujung anarkis dan mengatasnamakan buruh.
Tujuan aksinya murni hanya untuk mendesak pembatalan UU Cipta Kerja. “Kita batalkan ke istana karena ada elemen lain yang akan aksi hari ini, non KSBSI. Saya khawatir ada yang anarkis sampai bakar-bakaran, itu tidak kita ajarkan dan tujuan kita hanya menolak UU-nya yang cacat formil dan tidak menjatuhkan presiden,” ujarnya. Namun, Elly menjelaskan bahwa aksi demo akan terus dilakukan di daerah masing-masing buruh. Demo akan terus dilakukan di daerah sampai 16 Agustus 2020 mendatang. “Di daerah masih lanjut sampai tanggal 16 (Agustus). Anggota kita arahkan untuk melakukan aksi di daerah masing-masing, di kantor DPRD atau kantor Gubernur di Banten, Riau, Medan dan ada di beberapa provinsi,” tuturnya.
(Source: news.detik.com)