APD Buatan Indonesia; Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, pihaknya telah menemukan bahan baku asli Indonesia untuk membuat alat pelindung diri (APD) jenis Coverall dan Down. Selama ini bahan baku untuk membuat APD didatangkan dari luar negeri. “Dalam waktu beberapa minggu akhirnya setelah diskusi dengan multisektor, akhirnya kita bisa menemukan bahan baku asli Indonesia.” Berikut yang telah dirangkum oleh Tim Support Priority Indonesia (Perusahaan Sepatu Kulit Militer POLRI Safety Tunggang) di bawah ini;
“Produksi dalam negeri untuk produksi APD coverall dan gown,” ungkap Wiku di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP), Jakarta, Rabu (10/6/2020). Menurut Wiku, APD yang produksi serta seluruh materialnya asli Indonesia tersebut akan dinamakan INA United, dan akan diproduksi sesuai standar WHO. Dengan kapasitas produksi mencapai jutaan dalam sebulan, APD INA United tersebut cukup memenuhi kebutuhan dalam negeri, bahkan bisa diekspor. “Dan kita izin memberi nama INA United karena ini menunjukkan kesatuan bangsa kita untuk memproduksi ini,” katanya. Selain APD, Indonesia juga menurut Wiku berhasil membuat masker N95. Masker N95 adalah masker jenis respirator yang bisa menyaring partikel udara yang sangat kecil. “Akan kita namai INA 95 dalam rangka kemandirian bangsa karena ini proteksi utama tenaga medis kita,” jelasnya.
Dalam menangani Covid-19, lanjut Wiku, pihaknya juga membangun sistem navigasi yang dinamai Bersatu Lawan Covid-19. Dengan sistem tersebut, semua pelaporan penanganan Covid-19 dari berbagai lembaga terintegrasi ke dalam satu sistem. “Ini hal penting apabila kita ingin mandiri sebagai bangsa karena ketergantungan produk luar negeri,”
“Maka kita perlu implementasikan sesuai instruksi bapak pada tahun 2016 untuk akselerasi obat dan alat kesehatan,” paparnya. Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan, terjadi over supply alat pelindung diri (APD) standar WHO buatan industri dalam negeri. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian dan Kementerian Kesehatan, diperoleh informasi terjadi surplus produksi sampai dengan Desember 2020 sebesar 1.96 miliar pcs untuk masker bedah. Kemudian, surplus juga terjadi pada masker kain sebanyak 377.7 juta pcs, dan 13.2 juta pcs pakaian bedah seperti gown atau surgical gown. Coverall atau baju pelindung medis juga mengalami surplus 356.6 juta pcs. Sedangkan masker N95 masih mengalami defisit 5.4 juta pcs, karena saat ini hanya terdapat satu produsen dengan kapasitas 250 ribu pcs per bulan. “Over supply ini perlu ditindaklanjuti dengan kebijakan yang tepat.”
APD Buatan Indonesia
“Agar potensi ekspor yang sangat besar ini dapat memenuhi kebutuhan dunia yang semakin meningkat,” tutur Agus saat acara virtual APD Indonesia Siap Melindungi Tenaga Medis Seluruh Dunia, Selasa (9/6/2020). Menurut Agus, over supply ini dapat menjadi trigger atau pemicu agar industri dalam negeri dapat bertahan, sekaligus tetap berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. “Oleh karena itu, saat ini pemerintah akan mengatur ekspor APD dengan melakukan revisi Peraturan Menteri Perdagangan terkait larangan ekspor untuk merelaksasi ekspor APD dan masker.”
“Tentunya dengan mempertimbangkan terlebih dahulu pemenuhan pasokan untuk kebutuhan dalam negeri,” ungkap Menperin. Agus mengungkapkan, dirinya bersama Kemendag dan Gugus Tugas penanganan Covid-19 tengah membahas mengenai aturan ekspor APD. “Jadi sebetulnya mengenai regulasi seharusnya sudah clear.” “Nanti saya akan cek ke Menteri Perdagangan, karena memang kewenangan untuk mengeluarkan regulasi ini ada di beliau.” “Tapi sebetulnya kesepakatan dari kami bertiga sudah ada, sudah sangat baik kesepakatannya,” terangnya. APD yang diproduksi industri dalam negeri telah memenuhi persyaratan medis menurut standar WHO. Bahkan beberapa produk dalam negeri telah lulus uji ISO 16604 atau standar level tertinggi WHO (premium grade) yang diujikan di lembaga uji AS dan Taiwan.
“Jadi APD buatan kita itu aman, dapat digunakan oleh tenaga medis di seluruh dunia,” jelas Agus. Sebelumnya diberitakan, kebutuhan baju alat pelindung diri (APD) yang dibutuhkan para tenaga medis yang berhadapan langsung dengan pasien COVID-19 masih tinggi. Berita gembira diterima Gugus Tugas Nasional setelah baju APD buatan Indonesia lolos ISO 16604 Class 3. Baju APD dengan standar tinggi atau ISO 16604 Class 3 merupakan spesifikasi yang wajib dikenakan para tenaga medis, sehingga keamanan dan keselamatan terjamin. Baju APD yang lolos ISO 16604 Class 3 diusulkan PT Sritex. Otomatis baju APD ini memenuhi standar internasional yang ditetapkan Badan PBB untuk Kesehatan Dunia (WHO). Hasil pengujian dilakukan oleh Intertek Headquarter yang berbasis di Cortland, New York, Amerika Serikat. Ketua Gugus Tugas Nasional Doni Monardo telah mendapatkan informasi lolosnya baju APD buatan Sritex yang digunakan untuk penanganan COVID-19.
APD Buatan Indonesia
“Saya ikut senang mendengar kabar dari Konsul Jenderal Republik Indonesia di New York Arifi Saiman.” “Bahwa 27 Mei 2020 waktu New York, hasil uji lab APD Coverall dan sampel bahan baju PT Sritex untuk sertifikasi ISO 16604 Class 3 di Intertek HQ, Cortland, New York, dinyatakan Pass atau lolos uji lab,” ujar Doni. Baju APD bersertifikasi ISO 16604 Class 3 memiliki ketahanan terhadap masuknya bakteri atau virus dengan ukuran yang sangat kecil. ISO 16604 Kategori kelas 3 berkualitas lebih tinggi dibandingkan tingkat kelas 2 atau ISO 16604 Class 2. Gugus Tugas Nasional juga melaporkan, beberapa perusahaan Indonesia lain sedang mengajukan permohonan untuk uji lab produk mereka. Konjen RI berharap produk-produk lain bisa lolos dan mendapatkan sertifikat ISO yang sama.
Sementara, Presiden Dirut PT Sritex Iwan Lukminto menjelaskan, pihaknya bekerja khusus untuk mendapatkan formula bahan baku yang bisa memenuhi Standar WHO. “Paling tidak satu bulan kami bekerja keras dan saya memimpin langsung pengembangan produk APD agar bisa mendapatkan ISO 16604 Class 3,” beber Iwan. Sritex selama ini sudah mampu menghasilkan produk dengan standar tinggi. Iwan mengatakan, salah satu yang sudah dihasilkan Sritex adalah pakaian nubika atau CBRN (Chemical Biological Radiological Nuclear). Sejak Januari lalu, Sritex membuat APD mulai yang Class 1, Class 2, dan terakhir ini Class 3. Lolosnya baju APD dengan ISO 16604 Class 3 menjawab kebutuhan APD yang tinggi untuk penanganan pasien COVID-19. Ketersediaan baju APD tidak lagi akan menjadi kendala. Menurut Iwan, Sritex mampu memproduksi baju APD kelas 1 sampai 500 ribu buah setiap bulannya.
Jadi, meski awalnya Indonesia awalnya lemah soal APD namun secara singkat mampu memproduksi APD dalam negeri. Bahan baku pembuatan APD pun diperoleh dari dalam negeri. “Dan ternyata dalam waktu singkat akhirnya Indonesia mampu memiliki produk dengan bahan baku dalam negeri, diproduksi di dalam negeri dengan kemampuan yang cukup besar dari seluruh yang ada ini dan namanya INA United. Dinilai, produksi APD dalam negeri ini menjadi kebanggan tersendiri bagi bangsa Indonesia. APD ini dinilai mampu menjadi alat diplomasi Indonesia di kancah internasional. Ini adalah kebanggaan bangsa Indonesia yang akan melindungi bukan hanya bangsa Indonesia, tetapi juga bangsa di dunia sebagai alat diplomasi dan nantinya akan ada masker.
(Source: wartakota.tribunnews.com)