Asteroid yang Dulu Musnahkan Dinosaurus Picu Tsunami Global Setinggi 1,6 Kilometer

Asteroid yang Dulu Musnahkan Dinosaurus Picu Tsunami Global Setinggi 1,6 Kilometer

Asteroid yang Dulu Musnahkan Dinosaurus Picu Tsunami Global Setinggi 1,6 Kilometer; Sekitar 66 juta tahun lalu, sebuah asteroid sebesar kota menghantam Bumi hingga memusnahkan dinosaurus serta memicu kepunahan 75 persen hewan dan tumbuhan di Bumi.

Asteroid sebesar 14 kilometer yang bernama asteroid Chicxulub itu meninggalkan kawah sebesar 100 kilometer setelah menghantam Semenanjung Yucatan, Meksiko.

Peningkatan suhu Bumi, gumpalan partikel padat di udara, persebaran butiran debu halus, kebakaran hutan, serta sisa-sisa asteroid yang terlempar dan jatuh kembali ke Bumi terjadi setelah hantaman itu. Tsunami global selama 48 jam yang mengitari Bumi turut terjadi akibat hantaman itu.

Dalam penelitian terbaru yang dipublikasi pada Jurnal American Geophysical Union Advances, ilmuwan menemukan pergerakan air dan kekuatan tsunami melalui 120 inti sedimen laut. Ilmuwan juga menjalankan simulasi komputer yang memperlihatkan tsunami global itu.

Menurut studi, tsunami itu cukup kuat untuk membentuk ombak-ombak setinggi lebih dari 1,6 kilometer. Tsunami itu juga bergerak ribuan kilometer dari tempat hantaman asteroid.

“Tsunami ini cukup kuat untuk mengganggu dan mengikis sedimen di cekungan laut di belahan dunia, meninggalkan celah dalam catatan sedimen atau tumpukan sedimen yang lebih tua,” jelas penulis utama Molly Range, seperti dilansir CNN, Selasa (4/10).

Ilmuwan yakin tsunami itu 30,000 kali lebih besar dibandingkan Tsunami Laut Hindia pada 2004 yang membunuh lebih dari 230,000 orang. Ilmuwan juga yakin energi dari hantaman asteroid itu 100,000 kali lebih besar dibandingkan erupsi Gunung Tonga yang terjadi awal tahun ini.

Brandon Johnson, salah satu peneliti mengungkap jika dia dan timnya melakukan simulasi tsunami global itu melalui program komputer bernama ‘hydrocode’. Johnson menjelaskan jika asteroid itu menghantam bumi dengan kecepatan sebesar 43,200 kilometer per jam.

Simulasi menunjukkan ombak setinggi 4,5 kilometer terbentuk setelah hantaman asteroid. Namun saat gelombang itu mereda, puing-puing asteroid yang terpental setelah hantaman kembali jatuh dan membentuk gelombang besar.

Sepuluh menit setelah hantaman, gelombang berbentuk cincin setinggi sekitar 1,6 kilometer bergerak ke segala penjuru. Gelombang itu terbentuk 220 kilometer dari tempat hantaman asteroid.

Satu jam setelah hantaman, tsunami itu melewati Teluk Meksiko dan mencapai Samudera Atlantik Utara. Enam jam setelah hantaman, tsunami itu mencapai lautan tengah Amerika menuju Samudera Pasifik. Tsunami itu sampai ke Samudera Hindia 24 jam setelah hantaman. Dan 48 jam setelah hantaman, tsunami itu mencapai sebagian besar pantai di Bumi.

Bahkan akibat gelombang besar, tsunami itu sempat memisahkan Amerika Utara dan Selatan.

Pergerakan air paling cepat sebesar 643 meter per jam terjadi di bagian utara Samudera Atlantik, lautan tengah Amerika, dan bagian selatan Samudera Pasifik.

Sedangkan pergerakan air yang lebih lambat terjadi di Samudera Hindia, bagian utara Samudera Pasifik, bagian selatan Samudera Atlantik, dan Laut Mediterania.

Dalam 120 inti sedimen yang diteliti, ilmuwan menemukan adanya pemisahan antar sedimen di bagian utara Samudera Atlantik dan bagian selatan Samudera Pasifik. Bahkan pisahan besar antar sedimen terjadi di bagian timur Pulau Utara dan Selatan Selandia Baru, wilayah yang berada di jalur utama tsunami meski berjarak 12.000 kilometer.

Simulasi juga menunjukkan ombak setinggi 20 meter menghantam pantai-pantai di Atlantik Utara dan bagian Pasifik Amerika Selatan yang menyebabkan banjir dan erosi.

Ilmuwan akan tetap melanjutkan penelitian itu, terutama meneliti tentang banjir yang diakibatkan hantaman asteroid.

“Jelas genangan terbesar akan terjadi paling dekat dengan lokasi tumbukan, tetapi bahkan jauh gelombangnya kemungkinan akan sangat besar,” jelas profesor Brian Arbic dari Universitas Michigan.

(Source: Merdeka.com)