Jaga Kesehatan Mental selama Pandemi COVID-19, Hindari Rasa Bosan dan Sedih
Selain kesehatan fisik, kesehatan jiwa merupakan salah satu hal yang penting untuk dijaga pada masa pandemi COVID-19. Menghindari rasa bosan serta mencegah munculnya rasa sedih dan kesepian merupakan hal yang perlu dilakukan demi kesehatan mental.
Dokter spesialis kejiwaan Gina Anindyajati, beberapa waktu lalu mengatakan bahwa ada idiom yang menyebut bahwa masalah-masalah kemanusiaan berakar dari ketidakmampuan seseorang berdiam diri di ruangan sendirian. “Situasi pandemi ini memaksa kita untuk berdiam diri di ruangan masing-masing dan sendirian,” kata Gina.
Dalam studi yang dilakukan Gina bersama rekan-rekannya di Tim Sinergi Mahadata pada lebih dari dua ribu responden, rasa bosan menjadi masalah yang paling banyak dilaporkan. Sebanyak 39,4 persen responden menyatakan setuju dan 26,9 persen sangat setuju bahwa mereka lebih merasakan bosan di masa pandemi, dibandingkan dengan sebelumnya. “Lebih dari separuh responden merasa bosan, lebih bosan dibandingkan sebelum pandemi,” kata Gina dalam pemaparannya. Berikut yang telah dirangkum oleh Tim Support Priority Indonesia (Perusahaan Sepatu Kulit Militer POLRI Safety Tunggang) dibawah ini;
Rasa Cemas dan Sedih
Selain itu, 41,4 persen responden setuju dan 15,6 persen responden sangat setuju bahwa mereka merasa lebih cemas di masa pandemi COVID-19, jika dibandingkan kondisi sebelumnya. “Perasaan cemas ini juga didampingi dengan perasaan sedih yang dirasakan hampir 40 persen responden. Kita tahu bahwa cemas dan sedih ini dirasakan sejak awal pandemi dan angkanya konsisten sampai dengan sekarang,” terangnya.
Gina mengatakan, apabila kesedihan dan kecemasan terjadi berkepanjangan, hal ini dapat menjadi masalah kesehatan jiwa tersendiri di masa depan dan mempengaruhi produktivitas. “Begitu juga dengan adanya rasa bosan, ini menjadi salah satu pendorong lahirnya rasa cemas dan kesedihan,” kata Gina. Terkait perasaan kesepian dan mudah marah, survei tim peneliti mengungkapkan bahwa lebih banyak responden yang mengatakan hal itu tidak berubah sejak sebelum pandemi.
Upaya Menjaga Kesehatan Mental
Gina mengatakan, rasa bosan dan kemampuan mengendalikan diri merupakan prediktor terhadap ketaatan dalam menjalankan protokol menjaga jarak, ditambah dengan adanya penerapan regulasi yang konsisten. Selain itu, untuk mengatasi kebosanan, cari atau ciptakan hal yang menarik di kehidupan sehari-hari dan lingkungan terdekat.
“Hal yang menyenangkan, hal yang baru, tidak harus selalu jauh, tidak harus selalu di luar kota, tapi kita bisa mengupayakannya di lingkungan terdekat kita melalui hal-hal yang sebelumnya kita tidak fokus ke sana, tapi kita alihkan fokus kita ke sana.” Selain itu, kesepian juga perlu diubah menjadi rasa nyaman dengan diri sendiri, dengan mencari atau membuat sesuatu untuk menemani. Gina mengingatkan, hal ini tidak harus dalam bentuk seseorang, tetapi sesuatu yang juga bisa membuat kita tenang.
“Penting juga untuk kita meningkatkan kualitas relasi interpersonal dengan orang di sekitar, supaya kita bisa merasa nyaman dengan lingkungan tempat kita berada, supaya tidak jauh-jauh mencari sesuatu yang baru,” tandasnya.
Lakukan Olahraga Secara Teratur demi Jaga Kesehatan di Masa Pandemi
Berolahraga memang merupakan hal yang penting dilakukan di masa Pandemi COVID-19 seperti sekarang. Walau begitu, ada hal yang tetap perlu kamu perhatikan. Ketua Lembaga Anti Doping Indonesia yang juga mengambil spesialisasi kedokteran olahraga, Zaini K. Saragih menekankan pentingnya kamu berolahraga sekaligus memperhatikan keseimbangan energi demi menjaga tubuh tetap bugar terutama selama pandemi COVID-19. “Untuk menjadi bugar, kita harus memperhatikan keseimbangan energi, aktif secara fisik dan berolahraga,” kata dia dalam siaran persnya, ditulis Selasa.
Zaini menyarankan kamu melakukan olahraga secara teratur atau intesitasnya dan durasinya disesuaikan dengan kebiasaan dan jika akan ditingkatkan harus dilakukan secara bertahap. “Jadi tidak melakukan olahraga sesuka hati, kadang berat sekali besoknya ringan dan seterusnya. Ini justru berdampak tidak baik,” ujar dia. Dalam kesempatan berbeda, pakar kesehatan jantung dan pembuluh darah, Vito A. Damay merekomendasikan olahraga di luar ruang seperti berlari, bersepeda atau sebatas jalan cepat selama 30 menit setiap hari.
“Lari, jogging, sepedahan, jalan cepat lakukan saja. Durasi 30 menit sekali olahraga setiap hari kalau bisa. Kalau enggak bisa ya sejam tiga kali seminggu minimal. Tergantung lebih mudah mana,” kata Vito yang mengambil spesialisialisasi jantung dan pembuluh darah itu. “Setengah jam sehari setiap hari menurutku malah enak ya. Setengah jam saja kan dibanding 24 jam sehari harusnya mudah saja,” imbuh dia.
Tetap Patuhi Protokol Kesehatan
Baik Zaini maupun Vito mengingatkan kamu tetap menerapkan protokol kesehatan yakni mengenakan masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh permukaan benda. “Protokol kesehatan sifatnya wajib dipatuhi dalam keadaan apa pun, namun olahraga atau aktivitas fisik jangan sampai dilupakan, karena mendukung kesehatan dan fungsi imunitas yang prima. Berolahragalah dengan memperhatikan kaedah yg berisiko rendah terhadap penyakit pandemi (prokes),” terang Zaini.
(Source: Merdeka.com)