Jokowi di Global Summit AS: Pandemi Beri Pelajaran Ketahanan Kesehatan Dunia Tak Kuat

Jokowi di Global Summit AS: Pandemi Beri Pelajaran Ketahanan Kesehatan Dunia Tak Kuat

Jokowi di Global Summit AS: Pandemi Beri Pelajaran Ketahanan Kesehatan Dunia Tak Kuat; Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, bahwa pandemi Covid-19 memberikan pelajaran berharga. Menurutnya, ketahanan kesehatan dan kesiapsiagaan dunia tak cukup kuat menghadapi pandemi.

“Pandemi Covid-19 memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kita, ketahanan kesehatan dan kesiapsiagaan dunia terhadap pandemi ternyata tidak cukup kuat. Akibatnya harga yang harus kita bayar sangatlah mahal, jutaan orang yang kehilangan nyawanya dan perekonomian dunia pun mengalami keterpurukan,” kata Jokowi secara virtual pada Global Covid-19 Summit yang digelar di Washington DC, Amerika Serikat, seperti dilihat dalam video di YouTube Sekretariat Presiden, Jumat lalu (13/5).

Jokowi mendorong semua negara untuk bekerja sama mengatasi pandemi serta membangun arsitektur kesehatan dan kesiapsiagaan dunia yang lebih kuat.

Untuk mengatasi pandemi, percepatan vaksinasi harus dilakukan untuk menjangkau 70 persen penduduk setiap negara.

“Momentum turunnya jumlah kasus saat ini harus dimanfaatkan untuk meluncurkan pukulan terakhir terhadap Covid-19. Vaksin harus secepatnya menjadi vaksinasi. Kolaborasi kita harus menjembatani tantangan vaksinasi, mulai dari pembiayaan, logistik, dan sumber daya manusia,” ujarnya.

Setidaknya, kata Jokowi, diperlukan tiga hal untuk membangun arsitektur kesehatan dan kesiapsiagaan dunia yang lebih kuat. Pertama, akses kesehatan yang inklusif. Menurutnya, seluruh masyarakat tanpa terkecuali harus memiliki akses terhadap layanan kesehatan dasar.

“Infrastruktur kesehatan dasar harus memadai dan siap menghadapi pandemi. Di tingkat global, setiap negara besar maupun kecil, kaya maupun miskin, harus memiliki akses yang setara terhadap solusi kesehatan,” imbuhnya.

Kedua, akses pembiayaan yang memadai. Terkait hal itu, Jokowi mendorong perlunya mekanisme pembiayaan kesehatan baru yang melibatkan negara donor dan bank pembiayaan multilateral. Sebab, tidak semua negara memiliki sumber daya untuk memperbaiki infrastruktur kesehatannya.

“Dukungan pembiayaan kesehatan harus dilihat sebagai sebuah investasi dan tanggung jawab bersama mencegah pandemi,” ucapnya.

Ketiga, mengenak pemberdayaan. Jokowi memandang bahwa kapasitas kolektif harus diupayakan dan kerja sama antarnegara menjadi kunci. Menurutnya, kerja sama riset, kerja sama transfer teknologi, dan akses ke bahan mentah harus diperkuat.

“Tidak boleh ada monopoli rantai pasok industri kesehatan. Diversifikasi pusat produksi obat, vaksin, alat diagnostik dan terapeutik harus dilakukan. Dengan kapasitasnya, Indonesia siap menjadi hub produksi dan distribusi vaksin di kawasan,” tegasnya.

Lebih lanjut, Jokowi menegaskan bahwa presidensi Indonesia di G20 memberikan perhatian besar terhadap kerja sama kesehatan secara inklusif. Untuk itu diperlukan peran dan keterlibatan semua negara, serta penguatan peran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan multilateralisme.

“Tidak boleh ada yang tertinggal dalam upaya kita membangun arsitektur kesehatan dan kesiapsiagaan dunia yang lebih kuat. Recover together, recover stronger,” katanya.

(Source: merdeka.com)