Melihat Lonjakan Kasus Aktif Covid-19 Sejak Omicron Masuk RI

melihat-lonjakan-kasus-aktif-covid-19-sejak-omicron-masuk-ri

Melihat Lonjakan Kasus Aktif Covid-19 Sejak Omicron Masuk RI; Kasus aktif Covid-19 konsisten meningkat sejak awal Januari 2022, seiring bertambahnya kasus terkonfirmasi positif. Kasus aktif merupakan pasien positif Covid-19 yang menjalani perawatan di fasilitas kesehatan maupun isolasi di rumah.


Kenaikan kasus aktif ini terjadi setelah Covid-19 varian Omicron merebak. Omicron diumumkan terdeteksi di Indonesia pada 16 Desember 2021. Namun, dua minggu setelahnya, kasus aktif sempat mengalami fluktuasi. Kasus aktif mulai konsisten meningkat pada 5 Januari 2022. Pada 16 Desember 2021, kasus aktif Covid-19 di Indonesia sebanyak 4.833, kemudian di 4 Januari 2022 masih 4.658 kasus. Sementara pada 5 Januari 2022 naik menjadi 4.787 kasus. Data 21 Januari 2022, kasus aktif makin membengkan hingga menembus angka 14.119 kasus.


Jika dihitung sejak kasus Omicron ada di Indonesia hingga 21 Januari 2022, kasus aktif Covid-19 mengalami kenaikan sebanyak 9.286.
Data Kementerian Kesehatan 21 Januari 2022, kasus aktif Covid-19 tertinggi terjadi di DKI Jakarta mencapai 6.377. Kemudian disusul Jawa Barat 2.386, Banten 1.540, Jawa Tengah 1.092, Lampung 529, Riau 322, Jawa Timur 314, Kepulauan Riau 234, dan Bali 225.
Sementara provinsi lain mencatat kasus aktif di bawah 200, yakni Sulawesi Utara 155, Papua 148, Nusa Tenggara Timur 146, DI Yogyakarta 116, Kalimantan Timur 99, dan Sulawesi Selatan 74.


Selanjutnya, Sumatera Utara 65, Kalimantan Tengah 39, Kalimantan Barat 34, Nusa Tenggara Barat 30, Kalimantan Utara 29, Sumatera Selatan 29, Sulawesi Tengah 27, Bangka Belitung 24, dan Kalimantan Selatan 19. Berikutnya, Sumatera Barat 16, Papua Barat 13, Maluku 11, Maluku Utara 9, Jambi 8, Gorontalo 4, Aceh 2, Bengkulu 1, Sulawesi Tenggara 1, dan Sulawesi Barat 1.


Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengakui kasus aktif Covid-19 mulai meningkat pada periode 7 Januari hingga 16 Januari 2022. Pada 7 Januari hanya 5.494, 16 Januari menjadi 8.605. Artinya, terjadi kenaikan kasus aktif lebih dari 3.000.

Menurut Wiku, kenaikan kasus aktif dan positif Covid-19 di Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan kematian. Data 21 Januari 2022, kasus kematian bertambah 2, total kumulatif menjadi 144.201. Peningkatan kasus positif Covid-19 di Indonesia disebabkan dua sumber penularan. Pertama, transmisi lokal. Kedua, pelaku perjalanan luar negeri. Data 15 Januari 2022, 63 persen kasus positif Covid-19 merupakan transmisi lokal.


“Saat ini, kasus positif nasional lebih banyak didapati dari transmisi lokal dibanding pelaku perjalanan luar negeri,” kata Wiku dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (20/1).

Sementara itu, penularan Covid-19 di Tanah Air didominasi varian Omicron. Situasi ini sejalan dengan laporan Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) pada 20 Januari 2022. Data GISAID, dalam sebulan terakhir, kasus Omicron di Indonesia sebanyak 817, kasus Delta 352, dan kasus Alfa-Beta nihil.

Prediksi Gelombang KetigaDirektur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmidzi memprediksi, Indonesia akan menghadapi gelombang ketiga pandemi Covid-19 pada pekan kedua dan ketiga Februari 2022. Pada puncaknya, penambahan kasus Covid-19 harian mencapai 40.000 sampai 55.000.

Menurut Nadia, ada tiga variabel yang akan memicu gelombang ketiga pandemi Covid-19. Pertama, rendahnya penerapan protokol kesehatan. Kedua, testing (pemeriksaan) dan tracing (penelusuran) kontak erat Covid-19 menurun. Ketiga, mobilitas penduduk meningkat. “Mobilitas kini lebih dari 10 persen,” katanya.


Berdasarkan hasil monitoring Satuan Tugas Penanganan Covid-19, kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan memang menurun, baik menggunakan masker maupun menjaga jarak.

Data 26 Desember 2021, kepatuhan memakai masker mencapai 92,15 persen. Sementara pada 2 Januari 2022 turun menjadi 92,14 persen. Sedangkan kepatuhan menjaga jarak menurun jadi 90,38 persen pada 2 Januari 2022, dari sebelumnya mencapai 90,56 persen.
Sementara data testing Covid-19 pada 12 Januari 2022 menunjukkan, testing mingguan sebesar 0,29 persen. Meningkat tipis dari data 7 Januari 2022 yang hanya 0,18 persen.

Di tanggal yang sama, tracing kontak erat Covid-19 tercatat 11,69 persen. Menurun dibandingkan data 7 Januari 2022 yang mencapai 15,29 persen. Antisipasi LonjakanMenteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memastikan pemerintah sudah menyiapkan fasilitas kesehatan untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron. Saat ini, sudah ada 80.000 tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19. Rencananya, pemerintah akan menambah tempat tidur di rumah sakit menjadi 150.000.

“Kita masih bisa meningkatkan jumlah tempat tidur rumah sakitnya ke angka 150.000,” kata Budi, Selasa lalu (11/1) malam.
Budi menyebut, pemerintah sudah menyiapkan obat Covid-19 Molnupiravir produksi Merck sebanyak 400.000 tablet dan protokol kesehatan baru untuk perawatan pasien di rumah sakit. Sejalan dengan itu, pemerintah sudah mendistribusikan lebih dari 16.000 oksigen generator ke seluruh fasilitas kesehatan dan memasang lebih dari 36 oksigen konsentrator di rumah sakit. Menurut Budi, kemungkinan kasus Omicron akan meningkat cepat dan banyak. Berdasarkan penelitian, sebanyak 30 sampai 40 persen pasien Covid-19 masuk rumah sakit.

Dilihat dari karakteristiknya, Omicron memiliki tingkat penularan sangat cepat. Namun, gejala yang ditimbulkan relatif lebih ringan.
“Tapi kita harus tetap waspada dan hati-hati. Kita harus siaga dan tidak perlu panik karena kasus yang masuk rumah sakit jauh lebih rendah dibandingkan dengan sebelumnya,” ucapnya. Mantan Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini mengatakan sebetulnya cara menghadapi Omicron sama seperti varian lainnya. Pertama, menjalankan protokol kesehatan dengan ketat, terutama menggunakan masker.


Kedua, memperketat surveilans. Jika warga merasakan kondisi tubuhnya tidak sehat, harus segera melakukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR). Ketiga, segera mengikuti vaksinasi Covid-19. “Terutama orang tua kita, para lansia yang belum divaksin, harus segera divaksin. Mereka adalah orang-orang yang harus kita lindungi karena merupakan faktor yang paling lemah untuk masuk ke rumah sakit,” katanya mengakhiri.


(Source: merdeka.com)

Leave a Reply