Peringatan La Nina; Pada periode bulan Oktober dan November 2020 selain memasuki musim hujan, berbagai wilayah di Indonesia juga terdampak oleh fenomena La Nina atau dinamika atmosfer, dan laut mempengaruhi cuaca di sekitar Laut Pasifik. Kepala Bidang Peringatan Dini Iklim Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Supari mengatakan, bedasarkan data di BMKG mengenai curah hujan, wilayah-wilayah yang terdampak La Nina antara lain wilayah Jawa hingga timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. “September, Oktober, November daerah-daerah yang terdampak La Nina patut diwaspadai,” ucap Supari, dalam konferensi pers di BNPB.Berikut yang telah dirangkum Tim Support Priority Indonesia (Perusahaan Sepatu Kulit Militer POLRI Safety Tunggang) dibawah ini;
Namun, untuk wilayah Sumatera, relatif tidak terdampak oleh La Nina disepanjang periode tersebut. Hal tersebut disebabkan karena pada buian-bulan itu, wilayah Sumatera angin monsun asia telah masuk ke daerah tersebut. “Sumatera itu, September sudah mulai masuk musim hujan di utara, Oktober di sekitar Sumatera tengah dan selatan. Jadi di Sumatera monsun lebih berperan,” jelasnya. Berdasarkan fakta tersebut, Supari mengatakan dampak La Nina sangat bergantung pada bulan dan musim aoa yang sedang terjadi di wilayah tersebut. Misalnya, periode Oktober sampai November terjadi di wilayah tengah dan timur, sedangkan pada Januari dan Februari terjadi di tengah dan utara.
“Pengaruh La Nina dan El Nino tidak seragam, beda bulan beda impact. Di jawa, El Nino seragam. La Nina dampaknya di Kalimantan bagian barat dan Kalimantan bagian timur meningkat, Sumatera baik El Nina maupun El Nino tidak terlalu dampaknya,” pungkasnya. Bahkan Oktober ditahun-tahun sebelumnya pun yang terdampak La Nina adalah Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Sumatera tidak sensitif terhadap dampak La Nina dan El Nino pada bulan-bulan tersebut.
BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan saat ini wilayah Indonesia memasuki masa pancaroba. BMKG memperingatkan potensi hujan dengan intensitas tinggi di berbagai wilayah dalam satu pekan ke depan. “Menyusul rilis BMKG untuk peringatan kewaspadaan selama pancaroba menjelang masuknya musim hujan 2020/2021 yang telah kami sampaikan pada tanggal 7 September 2020 yang lalu, perlu disampaikan kembali bahwa kewaspadaan terhadap hujan dengan intensitas tinggi tetap perlu terus ditingkatkan,” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, dalam keterangan yang diterima detikcom, Selasa (22/9/2020).
Guswanto mengatakan, pada Senin (21/9) kemarin, terjadi banjir bandang di wilayah Bogor dan Sukabumi. Banjir bandang ini lantaran hujan lebat mengguyur wilayah tersebut. “Curah hujan intensitas tinggi hingga 110 mm dalam periode 4 jam (15.00-19.00 WIB) teramati di Citeko,” katanya. “Hujan lebat ini dipicu oleh kondisi atmosfer yang labil dan diperkuat dengan adanya fenomena gelombang Rossby ekuatorial serta adanya daerah pertemuan angin (konvergensi). Kombinasi dari ketiga fenomena atmosfer ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar Jawa Barat,” sambungnya.
Guswanto mengatakan sebelum banjir bandang ini, BMKG telah mengeluarkan peringatan dini cuaca. BMKG mengeluarkan peringatan dini secara berkala dalam rentang waktu 3 jam. “Terkait kejadian tersebut, BMKG telah mengeluarkan informasi peringatan dini cuaca ekstrem skala waktu 3 jam-an untuk wilayah Jawa Barat sebelum terjadinya banjir bandang pada tanggal 21 September 2020 sebanyak 5 kali mulai dari jam 13.45 WIB hingga 22.50 WIB,” jelas dia. Lebih lanjut, potensi hujan lebat di wilayah Bogor itu secara tidak langsung akan meningkatkan potensi luapan air di aliran Sungai Ciliwung. BMKG mengimbau masyarakat agar waspada.
“Potensi hujan lebat yang terjadi pada siang/sore di wilayah Bogor tersebut secara tidak langsung dapat meningkatkan potensi luapan air di sekitar daerah aliran Sungai Ciliwung, sehingga masyarakat diimbau untuk mewaspadai potensi genangan,” tuturnya. Pada massa pancaroba ini, BMKG meminta masyarakat waspada terhadap potensi hujan ekstrem. Serta potensi angin kencang. “Pada masa peralihan musim ini, perlu diwaspadai potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, bahkan fenomena hujan es,” sebut Guswanto. BMKG memprediksikan dalam periode sepekan ke depan, hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir berpotensi terjadi di wilayah berikut:
Periode 22-24 September 2020:
– Aceh
– Sumatera Utara
– Sumatera Barat
– Riau
– Jambi
– Sumatera Selatan
– Lampung
– Jawa Barat
– Jawa Tengah
– Jawa Timur
– Kalimantan Barat
– Kalimantan Tengah
– Kalimantan Timur
– Kalimantan Selatan
– Kalimantan Utara
– Sulawesi Utara
– Gorontalo
– Sulawesi Tengah
– Sulawesi Barat
– Sulawesi Selatan
– Maluku
– Maluku Utara
– Papua Barat
– Papua
Periode 25-28 September 2020:
– Aceh
– Sumatera Utara
– Sumatera Barat
– Riau
– Jambi
– Sumatera Selatan
– Bengkulu
– Kepulauan Bangka Belitung
– Lampung
– Banten
– Jawa Barat
– Jawa Tengah
– Kalimantan Barat
– Kalimantan Tengah
– Kalimantan Timur
– Kalimantan Utara
– Sulawesi Utara
– Gorontalo
– Sulawesi Tengah
– Sulawesi Barat
– Sulawesi Selatan
– Sulawesi Tenggara
– Maluku
– Maluku Utara
– Papua Barat
– Papua
Bencana Ditengah Bencana, BMKG Kembali Ingatkan Dampak La Nina di Wilayah Indonesia
Pada periode bulan Oktober 2020, selain memasuki husim hujan, berbagai wilayah di Indonesia juga terdampak oleh fenomena La Nina. Namun dampak tersebut tergantung pada musim, bulan, dan wilayah serta intensitasnya. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menginformasikan bahwa berdasarkan analisis dari potret data suhu permukaan laut di Pasifik, saat ini La Nina sudah teraktivasi di Pasifik Timur. Kondisi ini dapat memicu frekuensi dan curah hujan wilayah Indonesia pada bulan-bulan ke depan hingga April tahun depan, akan jauh lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Berdasarkan analisis dari potret data suhu permukaan laut di Pasifik, saat ini La Nina sudah teraktivitas di Pasifik Timur,” ucap Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Supari, pada Rabu (30/9). “Kondisi ini dapat memicu frekuensi dan curah hujan wilayah Indonesia pada bulan-bulan ke depan, bahkan hingga April tahun depan jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya,” lanjutnya. Supari juga menjelaskan, dampak La Nina dapat memicu curah hujan yang jauh lebih tinggi dibandingkan kondisi normal. Artinya potensi terjadi banjir, banjir bandang, dan tanah longsor ke depan perlu diwaspadai dan diantisipasi oleh semua pihak terkait.
Menyikapi dampak La Nina tersebut, Supari menyampaikan perlunya kewaspadaan terhadap kondisi hujan di atas normal pada sepuluh hari pertama hingga sepuluh hari kedua dibulan Oktober. “Beberapa provinsi pun diperkirakan akan memasuki musim hujan pada Oktober 2020,” tutur Supari. Sementara itu, prakiraan awal musim hujan akan berlangung pada Oktober dengan wilayah teridentifikasi di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan sebagian kecil Sulawesi, Maluku Utara dan sebagian kecil Nusa Tenggara Barat. Lebih rincinya prakiraan tersebut untuk wilayah Sumatera, seperti di pesisir timur Aceh, sebagian Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka dan Lampung. Untuk wilayah Jawa diprakirakan terjadi di Banten, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, sebagian kecil Jawa Timur.
Sedangkan di wilayah Kalimantan, potensi hujan di sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Melalui analisis maupun informasi peringatan dini cuaca dari BMKG, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mengharapkan untuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sebagai focal point penanggulangan bencana di tingkat provinsi, kabupaten dan kota. Untuk mempringatkan masyarakat agar selalu waspada dan siap siaga menghadapi potensi bahaya hidrometeorologi. Upaya dini pencegahan dan mitigasi harus dilakukan guna mengurangi atau pun menghindari dampak bencana.
(Source: lingkarkediri.pikiran-rakyat.com, news.detik.com)